BERTILDA BLACKTON

Huning Margaluwih
Chapter #8

THE TESTATOR

Blackton Land hari ini terlihat lengang, Bertilda sibuk mengitari ruang demi ruang di rumah utama. Tak satu pun orang yang bisa ia temukan, kecuali Abby yang sedang asik menonton televisi tabung tua yang terpasang di sudut dapur. Televisi itu sengaja dipasang di dapur untuk para pelayan, Diane sering menyalakannya untuk sekedar teman memasak.

"Kemana perginya semua orang Abby?" Tanya Bertilda sambil duduk dan meletakkan buku The Witch from West Wood jilid sebelas.

"Dianne dan Cherryl pergi ke Shambles Market, lady," Abby menghampiri Bertilda, "Lapar?"

Bertilda menggeleng, "Kamu melihat mum?"

"Aku rasa Ms Clare juga sedang pergi," Sahut Abby ragu, "Apa yang kamu bawa lady?"

Wajah Bertilda yang sebelumnya datar seketika berubah jadi antusias, ia sangat menyukai perhatian orang-orang di sekitarnya. Terutama untuk hal-hal yang menjadi kesukaan Bertilda. Bertilda membalik halaman demi halaman buku itu dengan penuh semangat, seolah ingin cepat-cepat menunjukkan sesuatu pada Abby sebelum pelayannya itu kehilangan minat.

"Lihat Abby," Bertilda menunjuk sebuah halaman bergambar seorang penyihir tengah mengadakan ritual, "Kamu tahu apa yang mereka lakukan?"

Abby menatap gambar itu, sejenak ia mengernyitkan dahi.

"Untuk apa penyihir itu melakukan ritual?" Tanyanya kemudian.

"Dia akan mengorbankan kambing itu agar tetap terlihat cantik."

Abby terkekeh, "Maksudmu darah kambing itu bisa membuatnya awet muda?" Tanya Abby lebih jauh setelah membaca sekilas cerita yang ada pada halaman itu.

Bertilda mengangguk cepat, "Dia mirip sekali dengan mum?"

Abby memasang ekspresi wajah kebingungan lalu ia terkekeh, "Tentu saja Ms Clare tidak menumbalkan darah kambing untuk kecantikannya lady."

Bertilda mengangguk cepat, "Kamu pintar sekali Abby, mum memang tidak menggunakan darah kambing."

Abby jadi kebingungan lagi. Sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, kehadiran Diane mengalihkan perhatian keduanya.

"Lady!" Seru Diane girang, "Lihat apa yang kubawakan untukmu."

Setelah merogoh kantong belanjanya, Diane mengeluarkan sebuah buku dongeng.

"Alice In Wonderland?" Wajah Bertilda terlihat datar, "Tidak termasuk favoritku, tapi terima kasih Diane. Aku mencintaimu."

Usai memberikan kecupan di pipi kanan Diane, gadis itu pergi membawa serta buku yang baru di belikan Diane. Tak lama setelah itu terdengar gerutuan Cherryl dari belakang dapur.

"Demi jenggot Merlin!"

Saat Diane dan Abby melongok dari pintu belakang tepat saat Cherryl menghempaskan kantong plastik hitam berlumuran cairan pekat, sementara baju dan tangan Cherryl terkena noda berwarna merah.

"Apa itu Cherryl?"

"Diane, kamu harus melaporkan hal ini pada Ms Clare," Tegas Cherryl sambil memasuki dapur dan mencuci kedua tangannya, "Ini sudah kesekian kalinya aku membersihkan bangkai hewan di rubanah."

"Maksudmu ini ulah Lady lagi?" Abby mengernyitkan dahi, "Itu bukan urusan kita Cherryl."

Cherryl berbalik dengan kesal, ia menatap Abby tajam.

"Tentu saja hal seperti itu bukan urusan kita, tapi lady, maksudku Keluarga Blackton, bukan seorang LaveYan seperti kita Abby."

"Tetap saja itu bukan urusan kita Cherryl."

Diane memegang bahu Abby, "Tugas kita sebagai pelayan secara turun-temurun salah satunya adalah menjaga Keluarga Blackton," Kemudian tatapannya teralih pada Cherryl, "Aku akan melaporkan sekali lagi setelah Ms Clare pulang."

Cherryl menghembuskan napas lega, sementara Diane memutar otaknya menyusun kata-kata paling tepatĀ untuk disampaikan kepada Clare. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Bertilda bisa membuat Clare menjadi seseorang yang sulit dihadapi, hal itu sering membuat Diane kewalahan.

***

Mobil Karmann Ghia milik Clare mulai memasuki Blackton St, setelah berbelok memasuki Blackton Land mobil itu masuk ke dalam garasi. Di dalamnya terdapat seorang pria tampan, tatapannya mengunci Clare dengan tangan menangkup jari-jemari Clare.

"Masih kesal?"

Lihat selengkapnya