Bertumbuh di Usia 21: Psikologi dan Realitas

Kirana Putri Vebrianti
Chapter #2

Pesta ulan tahun 20-21

Pesta ulang tahun Dimana aku memasuki usia 20 an itu sangat menyenangkan. Bahkan aku sangat Bahagia dengan hanya donat yang diberi ibu dan popmie dijam 12 yang aku makan Bersama dengan kakakku. Walaupun disitu aku merasa aku sudah banyak kehilangan teman-temanku tapi aku tidak benar benar kehilangan mereka. Mereka masih merayakan walau aku yang harus mengemis terlebih dahulu. Rasanya sedikit sesak saat mereka bahkan tak memprioritaskan aku. Aku sangat egois saat itu hingga aku ingin semua hal yang aku alami selalu dirayakan, aku selalu berpikir bahwa aku hanya berulang tahun sekali saja dalam setahun, lantai mengapa taka da perayaan untukku? Pertanyaan itu selalu ada dalam hatiku. Tapi bukankah menusia ingin hal hal seperti ini selalu di rayakan, untuk hanya sekedar mencetak momen Bahagia saja. Bahkan saat itu aku menyiapakan banyak makanan bahkan hingga minuman dan camilan untuk teman teman ku. Ibuku sudah bertanya berulang kali “dimana Teman mu?” aku hanya diam dan sebal dengan pertanyaan itu. Apa yang harus aku lakukan jika mereka tak datang, dengan makanan sebanyak itu siapa yang akan memakannya nanti?? Sedangkan temanku hanya mereka. Sejenak itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang aku tanyakan pada diriku sendiri.

           Aku selalu merasa memberikan yang terbaik untuk teman temanku, bahkan aku merayakan dengan membeli kue dengan uang pribadi dan bahkan aku rela keruamhnya sendiri disaat teman-temanku yang lain sedang sibuk dengan kehidupannya sendiri sendiri. Tapi entahlah, sepertinya itu hanya apa yang aku pikirkan. Bukan apa yang teman-temanku rasakan. Aku pernah mendengar suatu pepatah mengatakan “kamu akan menjadi penjahat di setiap cerita orang lain” dan itu benar adanya. Karna perasaan manusia perseorangan itu berbeda beda. Itulah mengapa cerita yang kita dengar dari pihak 1 dan pihak 2 itu selalu berbeda tergantung kamu menangkap dan merangkumnya dari sudut pandang yang paling netral saja.

           Entah apakah aku orang yang haus kasih sayang hingga membuat ku seperti ini? Ayah dan ibu ku bercerai sejak aku kecil. Setelah mereka bercerai aku hidup dengan ayahku. Namun saat itu aku tak dirawat dengan baik hingga nenekku menjemputku untuk tingga bersamanya hanya untuk menyelamatkan pendidikanku. Ibuku, beliau bekerja keluar kota untuk membiayai aku dan kakakku yang saat itu aku masih belum sekolah dan kakakku yang sudah memasuki sekolah dasar.

           Aku tak ingin bercerita lebih jauh soal kehidupan keluargaku, karna itu bukan apa yang ingin aku fokuskan sekarang. Tapi dari cerita singkat itu bisa kalian lihat jika aku adalah seseorang yang haus oleh kasih sayang. Itulah mengapa perayaan kecil seperti itu sangat membahagiakan untukku. Aku tak ingin merasa sendirian dan ditinggalkan saat momen penting itu, tapi pada kenyataannya orang yang selalu berada di sisiku sampai akhir hanyalah keluargaku saja.

           Itu membuatku belajar bahwa ternya kamu tak boleh berfikir jika keluarga itu tidak penting, pada kenyataannya keluarga mu lah yang akan berada paling depan saat kamu membutuhkan, bahkan selalu paling depan saat kebahagiaan yang sedang kamu rayakan. Apalagi seorang ibu, yang kasih sayang dan doanya tak pernah habis untuk kita. Aku tau ibuku tak suka membaca buku, namun jika ibu membaca ini aku hanya ingin ucapkan maaf dan terima kasih untuk jasa jasa kamu selama ini. Aku akan membalasnya kelak saat aku sukses mendapatkan karir impian aku. Ibu bakal jadi orang pertama yang akan aku beri kabar saat aku menemukan jalan sukses ku.

Lihat selengkapnya