Hijab bukan sekedar menutup rambut, tapi menutup Aurat
~Lailil Qomariyah ~
Lili berjalan dengan menatap layar handphonenya. Niatnya ia sedang berolahraga dengan Yuni di Alun-alun, hanya sekedar lari pagi. Tapi itu semua sudah sirna ketika ia mendapat panggilan dari CEOnya
"Li, gue beli minuman dulu ya," ujar Yuni.
Keringat yuni sudah mengucur. Ia tampak kelelahan sudah memutari Alun-alun sebanyak 7 kali, udah kayak memutari Hajar Aswad aja.
"Lu kalau mau lanjut, lanjut aja, tapi handphonenya itu ditaroh dulu."
"Dih iya iya, sono beli minum, Lili mau jalan jalan bentar."
Yuni pergi ke toko membelikan minuman. Lili masih menatap layar handphonenya sambil berjalan. Ia membaca pesan chat dari CEOnya itu. Tiba tiba seseorang menyenggol bahunya. Untung saja handphonenya tidak jatuh
"Ah maaf!" keduanya berbalik dan saling meminta maaf.
"Lili!"
"Ah Arif!"
"Kamu gak papa kan? Maaf tadi!" ujar Arif khawatir.
"Ah gak papa, cuma kesenggol aja"
"Emm kamu blokir nomer saya ya?" Tanya Arif.
"Eh itu anu," Lili Mencoba mencari Alasan Dan akhirnya dia menyerah untuk jujur saja "Maaf, CEO Lili yang ngeblokir."
"Oh maafkan saya, pasti itu mengganggu pekerjaanmu kan?"
"Eh enggak kok beneran enggak, Lili malah mau minta nomer balik," Lili menyodorkan handphonenya "Lili nanti buka blokirnya"
"Tapi saya takut mengganggu pekerjaanmu."
"Beneran gak ganggu." Lili meyakinkan
Arif menerima handphone Lili kemudian memasukkan nomernya. Setelah itu ia memberikannya pada Lili
"Emm Lili, sebenarnya Saya akan kembali ke desa"
"Ehhh ngapain?!"
"Abi dan umi menyuruh Saya pulang dan bekerja di desa saja. Jadi mungkin Saya tidak akan kesini lagi."
"Oh begitu ya." Terlihat raut wajah Lili yang sedih. Sepertinya ia tidak berhak untuk dicintai. Selalu saja yang ia cintai tak akan pernah termiliki.
"Emm jika boleh apa kau mau... "
Arif tidak meneruskan kata-katanya. Ia ragu akan mengutarakannya.
"Apa?" Lili penasan dengan kalimat Arif.
"Apa kau mau menghabiskan waktu seharian dengan Saya?" Arif akhirnya membuka suara. Ia ragu jika ditolak
"Emm Minggu depan saya sudah mulai pindah, setidaknya saya ingin punya kenangan indah disini" Arif menjelaskan, namun gadis didepannya terlihat berpikir.