Penampilanmu adalah cerminan hatimu. Tapi bukan berarti semua tampilan yang buruk tidak punya hati yang baik
~Lailil Qamariyah~
Langkah Lili bergerak cepat, nafasnya mulai panas. Ia berhenti sebentar, mengambil udara sejuk. Tak lama kemudian berlari setelah melirik jam tangan pukul 06.40. Ia menyalahkan Yuni, berani beraninya dia langsung berangkat kerja tanpa membangunkannya. Alarm yang dipasang pun dimatikannya. Lili melajukan langkahnya tak peduli kerongkongan yang tandus.
Lili berhenti di persimpangan jalan. jika ia belok kanan ia akan sampai 25 menit di kantor, jalan ini yang selalu dilaluinya. Tapi jika ia berjalan lurus mungkin ia akan sampai kurang lebih 10 menit, hanya tinggal berjalan sebentar lalu nyebrang jalan raya itu kemudian berjalan lagi lalu sampai di kantor, cukup mudah. Tapi masalahnya adalah di situ ada warung kopi dan tidak sedikit para pria, dan anak punk jalanan yang nongkrong.
Lili mulai bingung harus maelangkah kemana, padahal waktu terus berjalan. Akhirnya ia memutuskan untuk melalui jalan lurus, hari ini pekerjaannya benar-benar terancam. Benar saja ketika ia melewati warung kopi disitu. Semuanya mulai memperhatikannya, namun Lili terus berjalan dengan menunduk hingga ke seberangan utama jalan raya. Lili menghembuskan nafas lega, setidaknya ia sudah 15 meter dari mereka. Ia hanya tinggal menyebrangi jalan raya ini.
Namun tenyata tidak semudah yang ia pikirkan. Sudah 3 menit ia berdiri di sini dan kendaraan kendaraan besar tidak ada yang mau mengalah untuk sekedar memperlambat kecepatannya. Semua diburu oleh waktu. Lili menggigit bibir bawahnya, matanya mulai berkaca. Seharusnya jalan ini harus dikasih lampu rambu lalu lintas untuk sekedar pejalan kaki. ia melirik jam tersisa 15 menit lagi untuk gerbang ditutup. Terlihat seorang laki-laki dari warung kopi mendekati Lili. Lili bersikap untuk acuh tak acuh.Ia berdiri disamping, Lili mengatur jarak untuk tidak berdekatan dengannya. Dari penampilannya ia terlihat seperti badboy.
“loe mau nyebrang?” tanyanya
Lili hanya diam lalu melirik ke arah lain. Tiba-tiba pria ia berjalan dengan santainya menembus jalan raya. Ia sudah seperti penyebrang jalan. Menghentikan kendaraan yang melintas.
“Ayok” Ia memberikan tanda pada Lili untuk menyebrang
Karena situasinya terburu buru tanpa banyak bicara Lili pun menyebrang. Tiba tiba ia menark lengan bajunya.
Tiiinn
Seorang pengendara sepeda motor melesat didepannya. Jika saja pria ini tidak menariknya mungkin ia akan benar benar terlambat karena harus dilarikan kerumah sakit.