Setelah hujan pasti ada pelangi, jika tidak ada pelangi maka ada mentari yang siap menerangi
~Laili Qamariyah~
Isak tangisnya terus menghujani bantal. Selama seminggu Lili mencoba untuk ikhlas. Walau kenangannya dan ayahnya membuatnya terus menerus ditusuk rindu. Pria yang tak pernah ia semogakan itu kini menjadi nama wajiib dalam doanya. Suggguh ia tak pernah merasakan kehilangan sesakit ini. Memang benar kata pepatah bahwa ayah adalah cinta pertama anak perempuannya dan itu benar adanya.
Tak lama terdengar knop pintu kamar dibuka. Wanita paruh baya tersebut duduk di kasurnya. Lalu mengusap helai rambutnya yang tak tertutupi jilbab.
“Nduk sampe kapan koyok ngene? (nak, sampai kapan seperti ini?)” ujar ibunya “ikhlas memang susah, dungakno wae (doakan saja), anak perempuan bisa memberikan surga untuk ayahnya”
Lili memeluk ibunya, terisak dalam dekapan yang ia sangat rindu itu. Ia mempererat pelukannya, seperti tidak mau ditinggal pergi. Cukup lama ia melonggarkan pelukannya.
“Lili seminggu gak kerjo, gak dieseneni? (Lili seminggu tidak kerja, tidak dimarahi?)?”
“Emm Lili, dapet cuti satu minggu”
Bohong, sangat bohong. Lili beristighfar dalam batinnya. Apakah dia harus jujur di saat seperti ini? Tapi bagaimana bisa ia akan memberitahu ibunya di saat-saat seperti ini.
“Berarti besok masuk?”
Lili hanya mengaggukkan kepala. Tak berani jika harus mengucap kebohongan lagi. Lili melihat ibunya tersenyum, ia tak mampu untuk menghapus senyum itu.
“Lili ibuk boleh pinjam uang gak? Uang ibu habis untuk 7 hari ayahmu”
Lili mengelap air matanya kemudian mengambil tasnya mengambil semua uang yang disana. Lili meletakkannya di telapak ibunya.
“ibu, ibu gausah bilang pinjem gitu. Sudah gantian sekarang Lili yang akan bantu nafkahin ibuk, ibuk kalau butuh tinggal bilang aja ke Lili”
Ibu Lili tersenyum bangga pada putri keduanya. Ia memeluknya. Kemudian membisikkan sesuatu
“Doa ibu selalu menyertaimu nak”
Lili tersenyum bahagia. Ia bersyukur malaikat ini ada menemaninya dan memberikan dukunagan serta doanya.
Pukul 06.00 pagi lili sudah bersiap untuk bekerja. Bekerja dimana? Entahlah dia tidak tahu, Yang pasti ia harus tetap bekerja, tidak memberatkan ibunya. Ibunya hanya penjual nasi., seentara adiknya masih sekolah. Lalu bagaimana untuk biayanya? Kini kakaknya sudah menikah, mungkin akan sibuk dengan urusan umah tangganya. Kalau bukan ia siapa lagi yang akan mengurus ibunya? Ia bersiap untuk berangkat, sebelum itu ia pamit dengan ibunya di warung.
^v^
Lili tidak tahu harus kemana lagi untuk mencari pekejaan. Kenapa sangat sulit sekali. ia duduk beristirahat dulu kemudian menghidupkan smarphone miliknya. Terdapat notif chat masuk dari Mbak Linda.
Mbak Linda:
Lili cepat kekantor sekarang
Lili kekantor hari ini
Lili melihat waktu chatnya sekitar 15 menit yang lalu. Untuk apa ia ke kantor? Apa Mbak Linda tidak tahu kalau ia sudah dipecat? Agar tidak mengusik pikirannya Lili segera ke kantornya. Ia memesan ojek online
“Kamu bisa kerja disini lagi sayang”
Mbak linda tersenyum senang, sembari memeluknya namun otak Lili masih diselimuti kebingungan
“Lah kok bisa?”
“Ada pihak ketiga yang ngehack lalu ia ditransfer ke rekeningmu”
Sekarang giliran Lili yang tersenyum senang sembari memeluknya “Aww makasih mbak Linda”
“Makasih juga sama Maria, dia yang lebih banyak bantu”
Dari kejauhan bisa melihat Maria datang. Lili berlari menghampirinya. Ia merentangkan tangannya untuk memeluknya
“Mariaaa”
Lili memeluk hangat tubuhnya. Memang sebuah pelukan dapat mengobati rasa sedih “Terima kasih ya” ucap Lili dalam pelukan di dadanya
Wait!
Tunggu!
Ada yang aneh!
Kenapa dada Maria begitu lapang dan datar? Bukankah seharusnya ada bagian yang menonjol?
Lili meraba dada maria dengan tangannya. Benar saja tidak ada bagian yang menonjol. Refleks ia melepaskan pelukannya. Matanya terbuka lebar setelah melihat siapa yang dipelukya