Lelah yang Lilah
"Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari, maka pada malam ia diampuni oleh Allah"
~HR. Ahmad~
"Wih serius? Baru beberapa minggu jadi cleening service sekarang udah berevolusi jadi asiten aja, hoki banget lo" ujar Yuni
Sebenarnya setelah Lili diterima sebagai cleening service perusahaan ia langsung disuruh ibunya untuk kembali ke kost. Padahal Lili ingin tinggal disana menemani sang ibu. Namun, ibunya mengerti, putrinya pasti capek jika harus pulang pergi ke rumah. Ibunya tidak tahu kalau Lili menjadi cleening service, ia pasti akan kecewa. Namun, ibunya harus tahu kalau sekarang putrinya menjadi asisten. Tentu saja itu membuat ibunya tak henti henti mengucapkan syukur.
"Jadi Yuni mau pindah kos gak, ke kos-kosan yang lebih gede dengan jaringan wifi lancar. Gimana mau gak?
"Gak, pasti mahal"
"Gak papa Lili yang bayarin"
"Gak, terus gue disana cuma numpang, gak mau, gue pengen mandiri, kalo lo mau pindah pindah aja sana"
Lili cemberut mendengar penolakan Yuni "Yaudah Lili tetep disini aja, nanti kalau Lili pindah, ntar Yuni kangen"
"Eh gak kebalik? Lo tuh yang kangen gue, lo gak bisa hidup tanpa gue"
"kalau gitu untuk ngerayaainnya kita makan diluar yuk, Lili yang bayar"
"Gak, lo boros Banget sih, padahal besok baru jadi asisten" sinis Yuni
"Yah padahal Lili mau nraktir seblak"
Yuni tidak menanggapi lili. Ia meninggalkan Lili sendirian di kamar.
Tinn
Terdengar suara klakson sepeda berbunyi
"Ayok woi"
***
Lili berkali menghembuskan nafas berat melihat kertas-kertas dimejanya. Meja yang dulunya dipakai Mbak Linda. Mungkin karena asisten banyak pekerjaannya, sehingga ia dilengkapi meja sendiri. Lili memilah-milah dokumen di mejanya. Ia tidak Tahu harus memulai darimana.
"Ecieee yang udah jadi asisten nih"
"Eh edy, ini jam kerja, gak papa kamu disini" teriak Lili dengan semangat
"Ya kalau kamu gak teriak, boleh boleh aja"
"Ehehe maaf maaf"
"Kamu pasti sibuk ya, nanti kita jarang nongkrong bareng dong"
"Iyah nanti kita gak bisa pulang bareng lagi" Lili cemberut
"Oh kalau itu gak masalah aku-"
"Ngapain kau disini"
Kehadiran aidan membuat kaget keduanya, ia selalu muncul di tengah-tengah mereka.
"Ah...emm, tadi Edy bantu Lili bersihin meja"
Aidan tidak menanggapi kebohongan lili. Jelas jelas meja itu sudah bersih dan rapi ketika Linda keluar.
"Pergi, kembali Ke pekerjaaanmu"
Edy langsung meninggalkan Lili. Lili memberikan lambaian tangan dan beraut sedih.
"Dan kau"
Lili kembali fokus pada pria dihadapannya
"Selesaikan hari ini juga"
Lili membuka mulutnya lebar, melihat tumpukan kertasnya semakin membukit.
"Hah? Lili bahkan belum nyelesain yang ini, kok ditambah lagi, Gimana mau selesai hari ini?"
"Itu masalahmu, intinya harus selesai hari ini, mengerti" jawab Aidan dingin
Lili Mengangguk mengerti. Ia menelan salivanya, memandang semua pekerjaannya. Sepertinya ini akan menjadi lembur yang pertama kali baginya.
"Bagus" aidan berbalik meninggalkan lili, baru beberapa langkah, asistennya memanggil.
"Pak.."
"Hmm? " dengan berat hati ia membalikkan badannya
"Ini ngerjakannya gimana sih? Lili gak ngerti"
Aidan menghirup oksigen berkali-kali. Kesabarannya dari tadi dihabiskan menghadapi gadis ini. Jujur ia tidak punya waktu untuk mengajarkan seseorang, ia tidak butuh asisten. Ia bisa mengerjakan semua sendirian. Namun apalah daya, dia harus membuat wanita ini sedikit bermanfaat, setidaknya dia tidak menerima gaji buta.
^v^
Bel istirahat berbunyi. Tapi Lili tidak punya waktu untuk sekedar ke toilet. Ia harus terus berkutak katik dengan kertas kertas ini.