Memang sulit untuk bersabar. Tapi menyia-nyiakan pahala dari sebuah kesabaran itu jauh lebih buruk.
~Lailil Qomariyah~
Hari ini hari sabtu, harusnya menjadi hari libur. Namun tidak bagi Lili, ia harus buru-buru karena terdapat meeting dengan CEOnya. Setelah membayar angkot. Lili berlari ke tempat yang telah CEOnya tentukan. Ia melihat kafe disana, sepertinya disitulah tempat pertemuannya. Nafasnya tersendat-sendat karena berlari, Saat hendak membuka pintu kafe. Ternyata pintu kafe sudah ada yang membukanya dari dalam. Seseorang terlihat keluar dan Lili mengenal sosok itu. Kami saling memandang di ambang pintu kafe. Alisnya terlihat menyatu, sepertinya dia marah. Kemudian dia melewati Lili tanpa bicara dan menuju mobilnya.
"Pak Ai, pak!" Lili mengikutinya
Yang dipanggil malah membuka pintu mobilnya
"Pak Lili minta maaf, Lili hanya telat sedikit kan? "
Aidan membanting pintu mobilnya, melihat jam tangannya
"4 menit 57 detik itu bukan waktu yang sedikit. Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggu orang sepertimu" Aidan kembali membuka pintu mobilnya, ia masuk kedalam dan menyalakan mesinnya.
"Pak lalu gimana dengan meetingnya?"
"Kita tunda minggu depan, dan aku harap kau bisa datang lebih cepat"
Ia menjalankan mobilnya. Meninggalkan Lili sendirian disana. Lili merasa bersalah mengecewakan CEOnya. Padahal selama ini ia mencoba menjadi asisten yang baik.
Hari ini adalah hari H untuk meeting yang sebelumnya tertunda di minggu lalu. Lili menyiapkan segala sesuatu di tasnya. Ia tidak mau mengecewakan beruang es.
"Lho bukannya jam 8 ya, sekarang masih jam 7 lho" ujar Yuni
"Iya tau, Lili harus dateng lebih cepet dari Pak Ai"
"Gile lho mau nunggu satu jam? Gue sih ogah" Yuni melipat tangannya di dadanya
"Lili itu harus belajar sabar buat nunggu, apalagi nunggu dia mencintai Lili" Lili selesai kemasangkan jarum pentul di hijabnya "Ya sudah sini kunci motornya"
"Ha? Lo makai motor gue? Jangan! Nanti gue mau reuni sama temen SMP" tolak Yuni
"Yaelah Yuni kan bisa nebeng"