Hari ini seperti mimpi
Jika benar ini mimpi
Bangunkan aku dari mimpi
Aku kan bangun dan wujudkan hingga realiti
~Lailil Qomariyah~
Pluk
Sesuatu mendarat di wajah Lili. Membuyarkan lamunannya. Ia melihat sapu tangan biru itu
"Buat lap"
Lili melihat jaraknya dengan beruang es masih sama. Ia melap bibir dan dagunya dan didapati memang ada sisa nasi disitu. Sepertinya ia kebanyakan nonton drama. Jadi tadi hanya halunya? Tentu saja tidak mungkin kan jika Beruang Es itu melakukannya begitu manis.
"Ayo"
"Eh kemana?"
"Meeting di tempat lain"
Lili melongo, apakah ia akan naik di mobil Aidan?
"Apa yang kau tunggu, masuk!"
Lili membuka pintu depannya hendak duduk namun dicegah Aidan.
"Kita sedang berdua, jadi kau duduk di belakang" Lili menutup pintu mobilnya kesal kemudian ke pintu belakang mobil.
Aidan menjalankan mobilnya ketika melihat Lili sudah naik. Selama perjalanan, hanya hening yang menguasai. Gadis dibelakangnya menjadi pendiam.
Lili merasakan perutnya diobok-obok. Kenapa ia selalu begini ketika di kendaraan? Apa pemilik mobilnya berat hati memberikan tumpangan?
"Pak... Apa masih lama sampainya?"
Aidan yang fokus menyetir melihat kaca yang terpantul ke belakang. Ia terkejut melihat wajah gadis itu pucat.
"Kamu mabuk kendaraan? "
"He em, Lili gak tawar AC" Jawab Lili lemas.
Aidan segera mematikan ac mobilnya kemudian membuka jendela mobil. Sepertinya gadis dibelakangnya sudah terlanjur mabuk.
"Kenapa gak bilang dari tadi kalo gak tawar ac?" Aidan mencari tempat untuk memarkirkan kendaraanya. Ia menghentikan mobilnya.
"Keluar" perintah Aidan
Lili segera keluar dari mobil, ia mencari udara segar disana.
Ternyata mereka berhenti di taman kota. Bunga-bunganya berjajar rapi nan cantik. Pepohonannya sangat rimbun. Membuat siapa saja bisa betah lama lama disini. Disana disediakan tempat duduk dan meja dari kayu. Lili segera duduk disana. Ia mengambil nafas panjang. Menenangkan perutnya.
"Nih" Aidan membelikan minyak kayu putih untuk Lili.