Aku merepotkan diriku hanya semata-mata untuk pekerjaan bukan untuknya.
Tapi kenapa hatiku senang melakukannya?
~Aidan Adnan Al-Gerald~
Lili memberanikan diri untuk keluar setelah memakai rok, jaket dan hijab instannya. Namun rasa malunya masih ada, tapi ia tidak boleh mengecewakan CEOnya yang menunggu diluar. Pria itu kerasukan demit apa sehingga malam-malam kesini? Lili akhirnya keluar. Ia membukakan pintu kost lebar lebar.
"Disini aja."
"Ihh geer, siapa juga yang mau nawari masuk. Nanti jadi ladang fitnah apalagi ini malem." sengit Lili. Ia masih tak nyaman dengan kehadiran aidan meskipun ia sedang berbicara diluar.
"Kenapa kesini, tunggu kenapa Pak Ai bisa kesini? Ini area kost putri. Bukannya gak boleh ya laki laki mengunjungi diatas jam 8." Lili terkejut beruang es bisa melewati ibu kost. Apa ia menerkamnya?
"Ibu kos tergila-gila dengan jam tanganku, kuberikan padanya, dia memberiku waktu sepuluh menit." Dinginnya malam menyatu dengan aura dingin Aidan.
Lili membulatkan matanya. Semudah itu memberikan barang mahal. Lili yakin harga jam tangan itu bukan ratusan lagi.
"Nih,"
"Apa ini? " Lili menerima totebag dari Aidan. Ia melihat isinya. Ada tempat makan merk mahal disana. Juga air mineral.
"Ini buat Lili?"
"Buat cacing di perut kamu." ujar Aidan datar, mana mungkin ia memberikannya buat kucing?
Lili nyengir mendengar jawaban aidan. "Ini tempat makannya mahal lo, Aidan buat ini untuk Lili?" Lili terharu melihat bekal taperwer itu, ia belum membuka isinya.
"Apa aku akan membeli sesuatu yang berbungkus kertas minyak atau kotak?" tanyanya tanpa ekspresi.
Lili menggangguk mengerti tentu saja Aidan tidak akan membeli sesuatu yang murah. Bekalnya juga diwadahi totebag bukan kresek. Tapi apapun itu, itu membuat Lili terharu. Aidan membelikan makanan untuknya itupun mengantarnya malam-malam seperti ini.
"Terima kasih." Lili tersenyum senang