Jika hati sudah tahu mana yang baik dan buruk.
Lalu kenapa masih memilih jalan yang buruk?
~Lailil Qomariyah~
"Lili kamu dicari Pak Aidan." ujar Maria.
"Iya iya padahal Lili baru dateng, duluan ya Mar."
Hari masih terlalu pagi, ia baru saja datang ke kantor. Tapi Lili sudah disibukkan oleh tugasnya sebagai asisten. Ceonya selalu menagih pagi-pagi. Sebenarnya dia datang jam berapa?
"Semangat kerjanya Li" ujar Maria.
Lili tersenyum dan memberikan simbol jari oke. Ia Segera ke ruangan CEOnya. Tanpa sadar seseorang tersenyum licik menatap kepergiannya.
"Assalamualaikum pak." salam Lili dengan senyum hangatnya.
Wusshh
Namun senyum hangat Lili sepertinya tidak berpengaruh pada ruangan yang sedingin dua kutub Bumi itu. Ditambah aura yang dihasilkan pemiliknya sama-sama dingin. Tentu saja namanya juga beruang es.
"Kemarikan pekerjaanmu!" perintahnya.
"Pak, sebagai rasa terima kasih kemarin, Lili buatkan sandwich untuk Pak Ai."
"Jangan basa-basi, mana pekerjaanmu!"
"Lili gak mau ngasih pekerjaan Lili sebelum pak ai makan sandwich Lili"
"Sudah kuduga pekerjaanmu belum selesai"
"Eh enggak, Lili udah kerjain semuanya kok, masak Lili bakal kecewain Pak Ai setelah melihat Pak Ai nganterin nasi goreng kemarin, btw nasi goreng kemarin beli dimana? "
"kenapa? "
Lili agak ragu untuk menjawab "Rasanya asin, yang buat pasti ngebet nikah."
"Uhuk uuhuk," Aidan terbatuk batuk mendengar jawaban Lili
"Eh pak Ai gak terpapar virus kan?"
"Enggak, lalu apa kau membuangnya?"
"Enggaklah, Lili hargai yang masak dan yang nganter, Lili makan sampai habis."
"O" jawab Aidan simpel "Kemarikan pekerjaanmu"
"Erkk... Lili gak mau nyerahin pekerjaan Lili sebelum Pak Ai makan sandwich Lili" Lili tetap bersikeras, ia membuka tempat makannya
"Nih, Lili udah potong kecil-kecil, Lili tahu pak Ai pasti gak banyak mencicipi" Lili mengambil sandwich yang sudah dipotong-potong itu dengan garpunya, kemudian hendak menyuapkan ke Aidan.
"Enggak"
"Ayolah pak, cuma satu suapan aja, habis ini Lili kasih pekerjaan Lili" bujuk Lili.
Aidan pasrah. Ia tidak mau berlama-lama bersikeras dengan gadis itu. Ia membuka mulutnya bermaksud Lili akan menyuapinya.