Beruang Es

Vivilutfia41
Chapter #26

#26 Cinta?

CINTA?

Kata yang telah lama hilang dari hidupku.

~Aidan Adnan Al-Gerald~

Aidan mendudukkan dirinya di kursi yang nyaman itu. Di ruangan ini sangat menenangkan pikirannya. Seseorang dengan jas putih menghampirinya. 

"Jadi kenapa kemarin kau membatalkan janji? "

"Urusan kantor." jawab Aidan dingin.

"Beneran urusan kantor? Setauku kau akan meninggalkan segalanya jika sudah melakukan janji."

"Aku ragu kalau kau dokter, kenapa kau ingin tahu masalahku?" tanya Aidan dengan muka temboknya.

"Hei aku ini dokter psikologmu sudah seharusnya kan aku tahu masalahmu."

"Maka mulailah membahas masalahku"

Dokter Rafly tidak bergeming mendengar jawaban pasiennya. Kemudian ia mulai melakukan hipnoterapinya pada Aidan. Dalam hitungan ketiga Aidan mulai memejamkan matanya. Ia mulai hanyut dalam segala perkataan dokter Rafly. 

"Oke jadi kau jarang marah akhir akhir ini? "

"Ya, aku sudah jarang membentak seseorang" Jawab Aidan dengan mata terpejam.

"Bisa kau jelaskan kondisi marahmu saat ini? "

"Dulu ketika aku marah aku sering menghancurkan barang-barang, ataupun menggebrak meja. Tapi sekarang entah kenapa aku tidak bisa marah. Jika aku marah mungkin hanya sebatas penekanan dalam setiap ucapanku, namun tidak pernah meninggikan suaraku"

"Hmm aku mengerti, apa kau jatuh cinta pada seseorang?"

...

...

...

Selang beberapa detik tidak ada jawaban langsung dari Aidan.  

"Omong kosong macam apa itu." Aidan perlahan membuka matanya. 

Dokter Rafly kaget melihat Aidan membuka mata tanpa arahan darinya. 

"Cih harusnya aku tidak konsultasi padamu,"

"Eh ap-apa?"

"kau menyebut dirimu dokter? Apa kau tidak tahu? Selama ini aku hanya berpura pura jatuh dalam hypnoterapimu, supaya kau tidak bertanya hal yang bukan-bukan." Aidan berdiri lalu mengambil jasnya.

"hei berterima kasihlah padaku, karena aku kau bisa meredakan amarahmu ketika memuncak kan?"

"Oh bukankah itu hanya pengaruh obat?"

Dokter Rafly kesal dengan pasien satu ini, dia benar benar keras kepala "kau jangan meragukan kemampuanku ya, biasanya orang tidak akan marah ketika ia jatuh cinta, cinta membawa perasaan yang berbunga-bunga, sehingga emosi yang dapatkan adalah rasa senang, itu yang menyebabkan kau tidak sering marah" jelas Dokter Rafly, kesal bagaimanapun ia haru tetap tenang menjelaskan. 

"Sudahlah, aku ada janji meeting" Selesai memakai jasnya Aidan keluar dari ruangan itu.

"Bukankah sudah kubilang, kau akan meninggalkan segalanya ketika ada janji, tapi kemarin kau membatalkan pertemuan denganku, apakah ada yang lebih penting dari janji?" Dokter Rafly berbicara sendiri, kemudian ia tersenyum "Pasti karena wanita itu."

^v^

Aidan berdiri di mobil putih mengkilapnya. Ia merasa risih. Semua mata menyorot padanya. Tak lama kemudian seorang gadis keluar dari area kostnya. 

"Lili kan bilang tungguin aja disamping jalan raya, malah nungguin di Kost. Sekarang Lili jadi bahan gosip nih" sebal Lili. Area kost cewek ini mulai membicarakan Lili dengan pria tampan bermobil putih.

"Apakah tidak ada pakaian yang lebih baik?" Aidan melihat Lili dari bawah sampai ke atas. 

"Oh ayolah jangan meminta lebih dari seorang anak kost, lagipula gaji Lili belum cair" kesal Lili.

Tanpa banyak bicara Aidan mulai masuk ke mobilnya. Lili menaiki mobil seperti biasanya di kursi belakang. Mungkin akan ada waktunya Lili bersanding di kursi depan dengan CEOnya. 

^v^

Aidan menghentikan mobilnya di sebuah toko salon & Fashion. Ia keluar dari mobil. Lili heran ini bukan tempat untuk meeting dengan klien pentingnya. Lili pun ikut keluar menghampiri Aidan.

"Pak ngapain kita kesini?"

"Klien kita datang dari luar Negri, jangan membuatku malu karnamu. Kau seperti anak yang terlantar"

Lili melebarkan mulutnya, tak terima dengan ucapan Aidan. Tapi ia tidak bisa menentang itu. Ia hanya nurut masuk ke toko itu mengikuti Aidan. 

Lihat selengkapnya