Aku tidak mencintaimu
Tapi kenapa aku bertingkah aneh didepanmu?
~Aidan Adnan Al-Gerald~
Lili keluar dari mobil. Ia merasa seperti kucing yang dibuang. Ia menatap kepergian mobil Aidan. Sekarang ia harus pulang dengan jalan kaki karena tidak bisa memesan ojol. Jaringan disini benar benar tidak memadai. Lili mencoba berjalan terus sampai ia menemui jalan raya.
"Wihh neng, sendirian aje?"
Lili tidak menghiraukan para geng motors yang memanggilnya. Ia hanya berjalan terus. Namun para geng motor itu membuntu jalannya. Geng motor itu memutari Lili. Ia tidak bisa kemana-mana sekarang.
"Jangan mendekat!" ujar Lili
"Sini ikut main sama kita yuk neng" salah satu dari mereka menyentuh tangan Lili. Dengan tidak segan Lili memukulnya keras. Mengetahui Lili memukul pria itu. Yang lain tanpa segan menghajarnya. Sepertinya beladiri yang ia pelajari akhirnya berguna sekarang.
Aidan menyuruh gadis itu keluar. Ia meninggalkan gadis itu tanpa belas kasih. Daritadi gadis itu mempermainkan perasaannya. Dalam Sekejap ia dibuat marah dan dalam sekejap ia dibuat senang. Sebenarnya yang salah ada pada dirinya atau gadis itu? Ia tidak tahu sejak kapan ia bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Apalagi ia meninggalkan gadis itu sendirian di jalanan sepi. Aidan memutar mobilnya. Ia berbalik arah untuk menyusul Lili. Sesampainya ia melihat, para geng motor mengerumuni gadis itu. Kenapania tidak memikirkan resikonyaseorang gadis ditinggal sendirian disini? aidan segera keluar dari mobil itu ia melepas jasnya dan gabung dalam pertempuran itu.
Lili merasa kewalahan bagaimana bisa 1 banding 5 apalagi ia geng motor itu membawa senjata. Sebuah senjata tajam diarahkan pada leher Lili. Lili tidak sempat menghindar. Senjata itu berhenti di lehernya, hampir saja menebas lehernya sebelum seseorang mencegah dengan tangannya.
"P-pak Ai"
Aidan tanpa banyak pikir, menghabisi satu persatu geng motor itu habis habisan. Lili takjub melihat cara berkelahi ceonya. Sepertinya CEOnya juga pernah belajar beladiri. Geng motor itu dibuat tumbang dengan pukulan dan tendangannya. Namun, seseorang dari mereka memakai senjata tajam dari belakang.
"Pak Ai awas!"
Aidan menghadap ke belakang. Tangannya hendak menangkis senjata itu namun senjata itu sudah lebih dulu mengiris lengannya. Pakaiannya robek darah mengalir lembut. Terasa sangat perih.
Lili melihat luka Aidan. Namun pria itu tidak lemah karna lukanya. Justru ia terlihat semakin ganas. Aidan semakin menjadi-jadi seperti singa yang terluka. Lili membalikkan badannya. Ia tidak tega melihat semua itu.
Selang beberapa menit para geng motor kabur. Akhirnya pertempuran itu selesai.
"Kau tidak papa? "
Lili kesal dengan pertanyaan Aidan kenapa ia justru menanyakan dirinya? "Tanyakan itu pada dirimu sendiri"
Lili meraba luka Aidan, kemudian merogo tasnya. Ia ingat sesuatu. Ia mengeluarkan jilbab segi empat miliknya, yang tadi dicopot karena mengganti dengan pasmina waktu ia dirias.
"Ini hijabmu" ujar Aidan melihat Lili melilitkan hijab itu ke lengan aidan
"Ya gak papa, toh lili dapat pasmina baru"Ujar lili "Pak Ai ada obat p3k gak di mobil? "
"Buat apa?"
"Ya buat jaga jaga pak siapa tahu dapet luka kayak gini lagi"
Aidan hanya menatap Lili mengikatkan jilbab itu ke lenganya. Getaran di dadanya kembali berpacu, ia harap Lili tidak mendengarnya. Aidan memalingkan mukanya, ia tidak mau harus terus menerus menatap seseorang yang bukan mukhrim.