Beruang Es

Vivilutfia41
Chapter #30

#30 Kunjungan Sore

Aku suka kehadiranmu

Aku tidak suka kepergianmu

Jika kau pergi, kau selalu hadir dalam pikiranku

~Aidan Adnan Al-Gerald~

Aidan merebahkan badannya. Entah kenapa hari ini merasa lelah, padahal pekerjaannya tidak begitu berat. Aidan membangunkan dirinya. Ia tidak mau terjebak di tidur antara ashar dan maghrib bukan hanya tidak boleh tapi juga tidak baik untuk kesehatan. Aidan segera mandi. Di tengah guyuran shower yang menghujani badannya. Pikiran Aidan mengarah pada seseorang. 

"Dia temen pondok Lili dulu, Lili mencintai dia karna Allah, Lili suka mendengar suaranya melantunkan ayat-ayat Allah, Lili suka ketika dia mengumandangkan azan, suaranya seperti embun sejuk, pernah suatu hari Lili sedang badmood tapi begitu denger suara merdunya Lili langsung ademmm gitu, Lili bahkan sering ngelanggar aturan pondok cuma buat ketemu sama dia,"

Aidan teringat pembicaraan sekeping itu, yang membuat dadanya sesak. Gadis itu tampak bersemangat menceritakan ia yang disebut cinta pertamanya. Apalagi matanya berbinar binar ketika mendapat nomor itu. Tapi kenapa ia harus memikirkan itu? Apa yang salah dengan dirinya? Apa ia punya penyakit tertentu? Tanpa terasa jari Aidan sudah keriput dengan shower yang dari tadi mengguyurnya. Aidan segera menyelesaikan mandinya.

Aidan Keluar dari kamar mandi ia menggosok rambutnya dengan handuk supaya cepat kering. 

"Dann sini turun"

Terdengar suara omanya. Aidan sangat malas untuk menemui siapapun, apalagi neneknya. Neneknya selalu menanyakan ini dan itu, ia tahu bahwa neneknya ingin menjadikan ia lebih terbuka. Namun, hal itu membuatnya risih. Memang apa yang harus diceritakan? Aidan memakai baju santainya.

"Dannn kesini turun"

Mungkin Aidan harus membuat alasan sibuk lagi. 

"Dannn turun sebentar, ini temanmu kesini"

Teman? Apa yang dibicarakan neneknya? Dari kecil ia bahkan tak akrab dengan siapapun. Apa neneknya sedang bercanda untuk membuatnya turun? 

"Eh teman kakak? Gak salah nih ma? Kakak kan gak punya teman, mungkin itu temanku" 

Suara adiknya terdengar. Langkah adiknya seperti buru-buru turun. Akhir-akhir ini adiknya dan neneknya sering mengerjai dan menggodanya. Entah apa yang mereka pikirkan. 

Ceklek

Aidan sudah tidak kaget lagi ketika pintu kamarnya terbuka tiba-tiba. Gadis itu sudah kebiasaan. 

"kak, temen kakak dateng tuh" Aidan memberikan tatapan tajam pada adiknya

"Apa? Aku gak bohong kok, ituloh yang dulu kakak nyuruh dia lembur dan Aini dijadiin obat nyamuknya itulo, tapi yang ini kayak lebih cantik daripada yang dulu" Aini menocba mengingat wajah perempuan tadi dan benar saja ia sama seperti yang dulu.

Lihat selengkapnya