Bukan BUCIN
Tapi mencintai sepenuh hati
~Lailil Qomariyah~
Akhir-akhir ini Lili sangat sulit untuk dihubungi. Whatsappnya online namun, slow respon. Aidan Berdecak kesal dikamarnya. Daritadi ia sudah Menghubungi gadis itu dengan pesan Chat. Sudah puluhan pesan ia kirimkan untuk meminta file pekerjaannya. Jika saja itu bukan hal yang penting Aidan tidak akan secemas ini. Pesan chatnya hanya bercentang dua abu-abu. Aidan mencoba menelponnya, kenapa tidak diangkat? Aidan menatap layar handphone panggilannya.
Sedang berada dalam panggilan lain
Prangg!
Aidan melemparkan handphonenya ke cermin almari yang memantulkan bayangan dirinya. Cermin dan handphonenya pecah. Aidan mencoba menenangkan dirinya. Sebenarnya apa yang ia khawatirkan? Pekerjaan atau kah orang dalam panggilan Lili?
"Dan kenapa nak?" tanya neneknya cemas mendengar suara pecahan dari atas.
Aidan mengatur nafasnya "Gak papa"
"Dan, kalau ada apa apa itu cerita, jangan dipendem sendiri" Bujuk neneknya ia sangat khawatir dengan cucunya.
"Gak papa" Jawaban Aidan tetap sama.
^v^
Lili sedang mengangkat telepon dengan calon imam idamannya. Akhir-akhir ini Arif selalu menyemangatinya, menumbuhkan rasa cinta yang dulu sempat tertanam. Ia sudah sering chat dan telepon dengannya. Hingga menyematkan Calon imam idaman dalan pesan dan hatinya.
"Lili kenapa teleponmu kamu bisukan?"
Terdengar suara dari seberang, Lili menatap layar handphonenya. Ia tidak membisukan teleponnya
"Enggak kok" jawab Lili. Ia mengecek whatsappnya, tidak ada yang salah, kemudian matanya terbuka lebar ketika melihat puluhan pesan dari Beruang Es Galak Pake Banget