“Tante, kita ketemu lagi.” Cantika menghampiri Nina lalu mencium tangan Nina. Rasman menghampiri Baskara lalu mencium tangan Baskara.
“Selamat atas kelulusanmu,” ucap Baskara sambil menepuk bahu Rasman.
“Terima kasih, Om,” jawab Rasman.
“Nenek dan Lukman mana?” tanya Cantika ketika tidak melihat Ibu Enny dan Lukman bersama dengan Rasman dan Nina.
“Tidak ikut. Nenek kecapaian, Lukman ada acara dengan teman-teman SMA,” jawab Nina.
“Ehm.” Baskara pura-pura batuk karena Cantika belum memperkenalkan Nina kepada Baskara. Cantika mengerti maksud Baskara.
“Oh iya, Cantika sampai lupa. Tante kenalkan ini papa Cantika, namanya Pak Baskara.” Cantika memperkenalkan Baskara kepada Nina.
“Pah, ini Tante Nina. Mama nya Rasman,” kata Cantika.
Baskara mengatup kedua telapak tangan, mengajak Nina bersalaman ala sunda. Nina membalas salaman Baskara.
“Silahkan duduk, Rasman Ibu Nina.” Baskara mempersilahkan Nina dan Rasman duduk. Seorang lelaki muda memakai t shirt berwarna gelap menarik kursi untuk Nina. Ia adalah Dito ajudan Baskara. “Terima kasih,” ucap Nina. Nina dan Rasman duduk di kursi yang berada di depan kursi Baskara dan Cantika.
Seorang pelayan café datang membawa buku menu lalu diberikan kepada Nina.
“Pilihlah makanan yang Ibu suka. Semua makanan di sini enak-enak Ibu pasti suka,” ujar Baskara. Nina membuka buku menu dan membaca daftar menu yang tertera di buku tersebut. Café itu menyediakan berbagai macam menu makanan mulai dari makanan Indonesia, makanan Chinese sampai makanan western. Nina memilih makanan Indonesia yang cocok dilidahnya. Ia tidak terbiasa makan makanan asing.
Setelah mereka memesan makanan pelayan restaurant pergi meninggalkan meja mereka. “Apa rencanamu setelah lulus kuliah?” tanya Baskara memandang ke Rasman.
“Saya akan melanjutkan kuliah strata dua. Saya sedang menunggu pengumuman beasiswa, Om,” jawab Rasman.
“Kamu mau ambil beasiswa dimana?” tanya Baskara. “Di Massachuset Amerika Serikat,” jawab Rasman. Baskara terkejut mendengar jawaban Rasman. “Wow, jauh sekali,” ujar Baskara.
Baskara menoleh ke Cantika. “Kamu sudah siap untuk ikut Rasman ke sana?” tanya Baskara.
“Ih…, Papa. Apa-apaan, sih,” bisik Cantika sambil mencubit tangan Baskara. Ia malu ditanya begitu di depan Nina dan Rasman.
“Loh, kok Papa dicubit? Kalau Rasman kuliah di sana kamu juga harus ikut Rasman ke sana! Kalau kamu tidak menyusul, nanti ada perempuan yang merebut Rasman. Papa tidak bisa menolong kamu kalau ada perempuan yang merebut Rasman,” ujar Baskara.