“Ayo.” Cantika berdiri dari sofa.
Rasma masuk ke dalam rumah lalu memanggil Nina. “Ma. Aa dan Cantika berangkat duluan, ya,” kata Rasman. Mendengar suara Rasman pamit, Nina keluar dari dalam kamarnya dengan berjalan cepat.
“Aa dan Cantika berangkat duluan. Mama jangan lupa siap-siap! Sebentar lagi Om Baskara akan menjemput Mama,” kata Rasman.
“Iya. Ini juga Mama sedang dandan,” ujar Nina.
“Tante, kami berangkat duluan.” Cantika mencium tangan Nina. Rasman juga mencium tangan Nina.
“Sampai ketemu di kampus di sana ya, Tante. Assalamualaikum,” ucap Cantika. Rasman dan Cantika keluar dari rumah menuju ke mobil Cantika yang parkir di depan rumah Rasman.
“Waalaikumsalam.” Nina memperhatikan Rasman dan Cantika masuk ke dalam mobil.
Sejam kemudian sebuah mobil Alphard berhenti di depan rumah Nina. Seorang pemuda tampan dan bertubuh tegap turun dari mobil. Ia adalah Dito ajudan Baskara. Tak lama kemudian pintu belakang mobil terbuka. Seorang pria yang sudah berumur berwajah tampan dan gagah menggunakan setelan jas turun dari mobil. Pria itu adalah Baskara.
Baskara memandangi rumah yang berada di depannya. Sebuah rumah yang menjadi satu dengan warung makan. Di pintu warung tersebut menempel tulisan tutup. Penduduk di sekitar rumah tersebut yang kebetulan lewat depan rumah Nina langsung menoleh ke arah Baskara. Baru kali ini mereka melihat Nina kedatangan tamu agung.
“Ini rumah Ibu Nina?” Baskara menunjuk ke rumah tersebut.
“Betul, Pak,” jawab Dito.
Seorang wanita membawa sapu lidi dan pengki datang menghampiri Baskara. “Bapak cari siapa?” tanya wanita itu. Baskara menoleh ke wanita tersebut.
“Saya mencari Ibu Nina,” jawab Baskara.
“Oh, Ibu Nina. Betul ini rumah Ibu Nina. Masuk saja, Pak. Ada anak dan ibu mertuanya,” jawab wanita tersebut.
Baskara mendekati pagar rumah Nina. Pagar rumah Nina tertutup.
“Assalamualaikum,” ucap Baskara.
“Waalaikumsalam.” Terdengar suara laki-laki membalas salam Baskara. Pintu rumah pun terbuka. Seorang pemuda berwajah mirip Rasman, namun lebih muda dari Rasman keluar dari dalam rumah. Pemuda itu adalah Lukman adik Rasman. Lukman berjalan menghampiri Baskara.