Besok Saja Kita Bahagia

Hani Abla
Chapter #5

Meninggalkan

(Meninggalkan sesuatu karena-Nya, pasti dapat balasan. Kita saja yang nggak sabaran.)


Pasangan suami istri itu saling pandang. Tak percaya apa yang mereka lihat di depan mata. Selepas safar jauh, inilah yang menyambut mereka kali pertama. Setelah keceriaan mentari, kini turun hujan mendadak lebat.

Ialah spanduk besar terpasang di depan gerbang, bertuliskan bold lagi capslock “Rumah ini dilelang” lengkap dengan logo bank di pojok atas. Nazima menelan ludah melihat ke arah suaminya, “Pantesan kemarin Bu RT tanya, kita pindah kemana? Kok nggak bilang-bilang. Ternyata ini.”

Merah paras Nadhir. Kemarahan naik dengan cepat melewati batas penampungnya. Jika tak ditahan, pastilah akan segera meluap, membanjiri, bahkan membandang. Benar saja, ia segera keluar dari kemudi, menghentakkan kaki ke arah gerbang kayu tinggi. 

Spanduk penyitaan bank ditariknya kasar. Dikumalnya kain putih itu lalu dilempar segera ke tempat sampah. Belum puas, Nadhir menginjak-injak kain rentang tersebut dengan sangat keras hingga masuk ke dasar tong terdalam.

Nazima bergegas menuju suaminya. Ia tahu, emosi Nadhir pasti naik ke level tertinggi. Yang ia tak tahu, bagaimana cara meredakannya segera, tanpa ikut terbawa suasana. Hanyalah kata sabar yang bisa ia lisankan. Namun pecuma, sebab pertolongan pertama saat marah bukanlah sabar, melainkan istighfar. 

“Pinjam HP-mu,” kata Nadhir membuka telapak tangannya, mengisyaratkan agar wanita itu bergegas mengeluarkan gadgetnya.

Naz gemetaran, tak berani mengajukan tanya untuk apa. Segera saja ia mematuhi perintah suami. 

“Kamu punya nomor Pram?” tanya Nadhir bernada lebih tinggi. 

Naz menggeleng. “Ada nomor istrinya. Itu pun sudah lama nggak kontak,” wanita itu lalu membuka phonebook dan mencari nama yang ia maksud.

Nadhir segera menekan dial dan menunggu sambungan dengan sumpah serapah. “Kurang ajar emang si Pram!” makinya dengan nafas naik turun, seakan baru saja sprinting pendek tapi ekstra cepat. Lelah saja yang ia dapat.

Kemarahan memang sangat melelahkan. Sebab, ia mampu memicu hormon stres yang mempercepat kinerja jantung. Salah besar ucapan orang bahwa marah penyebab cepat tua keriputan. Yang benar, marah bisa jadi penyebab serangan jantung mengerikan.

Naz lagi-lagi hanya bisa mengingatkan untuk sabar. Namun masalahnya, Nadhir tak tahu, atau belum tahu, kehebatan dibalik kesabaran. Puluhan kali Naz mengingatkan untuk sabar, mustahil Nadhir mengingatnya. Wanita itu kemudian bungkam ketika emosi Nadhir benar-benar melonjak.

“Mana suami, Lo?! Kasih handphone Lo ke dia!” serunya begitu dial tersambung. Naz sampai celingukan, takut tetangga dengar dan menyangka ada keributan.

“Masuk dulu aja yuk, Mas,” bujuknya. Namun Nadhir tak punya waktu jeda untuk amarahnya. Begitu suara pria muncul, segera saja ia mengacuhkan apapun yang dikatakan Naz.

Lihat selengkapnya