Besok Saja Kita Bahagia

Hani Abla
Chapter #10

Tentang Kemampuan

(Semua doa pasti diijabah. Kita saja yang tak tahu kapan waktunya dan dalam bentuk apa.)


Nadhir mendekat, menepuk pelan ubun-ubun Naz, tersenyum datar, bersyukur istrinya baik-baik saja. Semoga benar adanya. Sebab, Nadhir tahu, Naz berjuang keras untuk merelakan kepergian ibunya, merelakan ayahnya yang menikah lagi, terlebih perpecahan saudara kandung karena saling berebut peninggalan bisnis besar setelah ayahanda tiada. Nazima yang ia kenal memanglah seorang wanita kuat hatinya, lapang dadanya, bijak kata-katanya.

Yang pria itu lakukan kemudian kembali fokus melihat hasil jepretannya. Cukup bagus untuk foto promosi penjualan tas. Ia pun sudah memperkirakan harganya. Cukup fantastis saat mengecek dan melakukan riset harga melalui gawainya. 

Fokus Nadhir lalu dibuyarkan suara Naz yang melengking, “Mas, bisa pegangin ini sebentar? Naz kebelet,” serunya sembari merapatkan kedua kaki. Nadhir tertawa ringan, segera memegang proses jahitan kain panjang yang ia duga sebagai selempang.

Naz pun bergerak cepat menuju kamar mandi. Terdengar suara kran air diputar besar-besar. Entah apa yang Naz isi hingga suara jatuhnya air begitu gaduh. Nadhir tak tahu, ada isakan di antara suara keras itu. 

Nadhir tak tahu, dan justru menanyakan sebuah nama brand yang ternyata hanya bertahan satu dua bulan saja.

***

Ya, satu dua bulan saja Nadhir dan Nazima bertahan. Pun satu dua tas saja yang berhasil terjual. Padahal sudah setiap hari, keduanya pergi menjemput bola, dari door to door hingga menawarkan ke toko. 

Pun olshop sudah dibuat. Namun persaingan marketplace jauh lebih kejam. Membayar iklan tentu tak mampu dilakukan keduanya. 

Nadhir bahkan menyerah di sepuluh hari pertama. Naz yang mengambil alih kemudian. Ditawarkan tas itu pada grup RT, grup alumni, grup apapun yang berisi wanita sebagai pasar utama. 

Semua usaha sungguh meletihkan. Bukan hanya fisik yang lelah, namun hati ikut-ikutan pula. Entah berapa kali Naz mendapat cibiran karena berdagang. Berkali-kali pula ia mendapat celaan pada tas buatannya. 

Lihat selengkapnya