Alarm ponsel melengking dengan keras, suara alarm yang disertai dengan getaran ponsel itu seakan menyuruh seorang gadis untuk segera mematikanya.
Dengan malas, tangan Freya terjulur ke atas nakas mencari-cari letak ponselnya di sana. Setelah dapat, Ia langsung meraihnya dan mendekatkan ke mata yang masih remang-remang -tentu saja matanya terasa sakit saat tiba-tiba memandang layar ponsel itu.
Jam menunjukan pukul 05.00, Merasa masih ada waktu lagi untuk pergi bersama mimpi-mimpi. Freya pun dengan cepat memejamkan mata dan sudah terlelap kembali.
Dari jendela kamarnya, semburat cahaya pagi sudah terlihat di sana. Sebentar lagi, matahari akan keluar dari peraduanya. Suara-suara keributan dari rumah ini pun sudah terdengar, semua orang di rumah itu sudah disibukan dengan aktivitas seperti biasanya.
Derap kaki langkah terdengar, tak lama kemudian, ada suara memanggil nama Freya dengan keras sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
‘’ Bangun sayang, udah pagi, Nanti kamu terlambat, loh! ‘’
‘’ Itu teman kamu udah nungguin di depan! ‘’ Lanjut Sang Mama. Lalu suaranya menghilang.
Teman? Sepagi ini! Gumam Freya dengan mata yang masih tertutup. Katub matanya perlahan terbuka dengan malas tentunya, mencoba menyesuaikan dengan keadaan kamar, lalu bangun dari kehangatan ranjang.
Alih-alih segera beranjak dari ranjang untuk segera mandi namun tubuhnya kembali ambruk di hamparan kasur. Matanya Ia rasakan memanas dan perih. Semalaman habis bergadang menyelesaikan tugas mata pelajaran ekonomi. Ia merasakan badanya pegal-pegal dan tak bersemangat untuk bangun. Rasa kantuk masih menyelimuti dirinya.
Gadis yang sedang duduk di bangku SMA itu segera menghempas seprai yang masih membungkus tubuhnya - teringat perkataan Mamanya barusan -kalau ada teman yang sudah menunggunya di luar.
Freya berjalan ke arah jendela dengan sempoyongan -menyibak kelambu untuk mengetahui siapa yang sudah mengajaknya berangkat sekolah sepagi ini.
Freya terbelalak saat mendapati motor satria fu terparkir jelas di depan rumahnya. Ia menggeleng kepala, mungkin saja apa yang dilihatnya itu salah. Ia mengucek matanya, namun motor itu tetep ada.
Kok dia nggak bilang-bilang sih, kalau mau kesini! Duh… gue belum mandi lagi! masih kaya singa begini. Jangan sampai Rico lihat gue dalam keadaan kaya gini! Cemas Freya dengan bibir dan suara yang bergetar.
Kantuk yang Ia rasakan tiba- tiba terhempas begitu saja. Tanpa berpikir panjang, Ia bergegas menuju kamar mandi dengan langkah terburu-buru.
Pemilik motor itu adalah Rico, teman sekelasnya sekaligus resmi menjadi pacarnya semenjak satu bulan yang lalu.
Freya melakukan aktivitas pagi ini dengan buru-buru sekali. Dia sama sekali tak menyangka jika pacarnya itu akan datang ke rumah, mengajaknya untuk berangkat sekolah bareng, benar-benar tak menyangka.
Setelah merasa percaya diri dengan penampilanya, Freya melangkah keluar untuk menghampiri Sang pacar dengan jantung yang agak berdegub.
‘’ Hai, udah nunggu lama, ya. ‘’ Sapa Freya menyembul dari balik pintu.
Rico yang tengah menyilangkan tangan di depan dada, langsung menoleh. ‘’ Enggak, kok, bagiku waktu terasa singkat, jika menyangkut tentang kamu. ‘’ Balas Rico, sambil berjalan mendekat.
Pagi-pagi udah gombal aja!
‘’ Kok kamu nggak bilang- bilang sih, kalau mau kesini, kamu harusnya chat aku dulu tadi malem, lagian ini masih pagi banget! Mau berangkat sekarang, nih? mau buka gerbang? ‘’
‘’ Iya, mau buka gerbang hati kamu. ‘’ Sambar Rico sambil menyungging senyum.
Jawaban yang tidak masuk akal, hanya orang yang sedang jatuh cinta saja yang dapat mengatakan hal semacam itu.
Freya mendengus, apa mungkin dia akan mendapat jawaban seperti ini terus? Namun, jawaban Rico setidaknya bisa lah membuat seorang Freya senyum-senyum sendiri saat ini dan tentu saja menggeleng kepala.
‘’ Mau berangkat sekarang nih! ‘’ Ujar Freya kemudian untuk memastikan.
‘’ Nggak usah buru-buru, tadi itu aku habis nganter Mama ada urusan katanya, terus sekalian ke sini, jemput kamu. Tapi, kalau mau berangkat sekarang juga boleh, biar bisa ngobrol lebih lama di motor sama kamu. ‘’
Freya mangguk-mangguk bingung, keputusan ada pada dirinya, dirinya yang menentukan berangkat sekarang atau tidak. Freya pun sudah memutuskan untuk berangkat sekarang saja. Ia berkata pada Rico hendak masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas dan Rico mengangguk.
Setelah mengambil tas dan menyampirkan pada bahu, Freya menuju meja makan -langsung meneguk segelas susu dan roti yang sudah di buatkan oleh Mamanya. Setelah itu Ia segera keluar rumah, diikuti oleh Mamanya di belakang.