Ketika Freya dan Dirga hendak pulang, hujan tiba-tiba turun dengan deras mengguyur jalanan. Dalam sekejab telah membasahi bumi. Orang-orang berdesakan menepi untuk berteduh.
Dirga dan Freya bangkit dari duduknya, memandang hujan yang tengah mengguyur.
‘’ Haruskah kita mengulang masa-masa kecil dulu, sekali lagi. ‘’ Ujar Dirga suaranya bercampur dengan derasnya bunyi hujan.
Freya menoleh, memandang lekat wajah Dirga yang tampak nyengir itu.
‘’ Serius? Kita hujan-hujan sampai rumah? ‘’ tanya Freya.
Freya langsung dapat menangkap apa yang dimaksud oleh Dirga. Dulu, keduanya sering menerjang hujan.
Dirga mengangkat sebelah alisnya. ‘’ Berani nggak? ‘’
‘’ Oke, siapa takut. ‘’ Balasnya kemudian.
Setelah keduanya menunggu agak lama, akhirnya hujan sudah tidak terlalu deras. Dirga langsung melajukan motor dengan pelan, sesekali menyelip dan menekan klakson. Tentu saja, keduanya langsung basah kuyub.
‘’ Lo kedinginan nggak? ‘’ tanya Dirga setengah berteriak.
‘’ Enggak!!! ‘’ pekik Freya.
Sebenarnya dingin, Tetapi Freya merasa bahagia sekali. Keduanya bernostalgia -bedanya dulu berboncengan dengan sepeda- sedangkan sekarang dengan motor. Dirga dan Freya hanyut bersama hujan dan kenangan. Keduanya seperti terhempas pada masa-masa kecil yang begitu polos dan lugu.
“ Terima kasih hujan, karena telah mengembalikan Dirga, telah membuatku merasa senang bersama Dirga! ” Gumam Freya.
***
Hujan sudah mulai reda, hanya berupa rintik- rintik kecil dari langit yang jatuh menetes di bumi. Keduanya telah sampai.
‘’ Siap- siap dimarahain Tante Sari, nih! ‘’ ujar Dirga sambil melepas helmnya.