Perfect

Cumiplutoo
Chapter #4

Chapter 4

Gosong, lagi. 

Rayan membuang satu lagi telur setengah jadi ke dalam tempat sampah. Menyusul ketiga temannya yang lain. Telur gosong itu kini menambah daftar kegagalan sarapan yang Rayan buat. 

Pria itu melirik jam tangannya. Sudah pukul setengah tujuh pagi. Sudah bisa dipastikan adiknya akan turun sebentar lagi. 

Dan ya, benar saja. Suara langkah kaki ditangkap telinga Rayan beberapa saat kemudian. 

Pria itu segera membenahi meja makan. Mengelap permukaannya dan menyiapkan segelas susu di atas sana. 

“Pagi Kak.” Freya berucap datar. 

Penampilannya sangat biasa untuk ukuran remaja putri. Ia hanya menggunakan bedak tipis dan pelembab bibir saja. Selebihnya polos tanpa aksesoris. Hanya ada satu gelang hitam yang Freya gunakan. Rambutnya yang hitam sepunggung pun dibiarkan tergerai. Seragamnya pun terlihat begitu licin tanpa kerutan.

“Pagi.” Rayan membalas sambil mengusap-usap celemek yang ia kenakan untuk melindungi kemeja abunya. 

Lelaki itu kemudian berjalan lesu ke kabinet dapur dan menarik sebungkus roti tawar yang masih baru untuk ia berikan Pada Freya. 

“Kau mau rasa apa, cokelat atau stroberi?” tanya Rayan ketika tangannya mulai menggapai tempat selai. 

“Coklat.”

Rayan mengangguk dan mengambilkan selai yang adiknya inginkan. 

Ia ikut duduk dan mengambil selembar roti tawar untuk sarapan. Ya, setidaknya itu sedikit lebih baik dari pada harus keluar rumah dengan perut kosong. 

Sarapan mereka begitu sepi, baik Rayan mau pun Freya tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Keduanya seolah terlalu larut dalam pikiran masing-masing. Membuat suasana hening dan tenang. 

“Aku berangkat ya, Kak.”

Mendengarnya Rayan segera memasukkan dengan paksa sisa rotinya. Ia meraih jaket dan tas kerjanya sebelum mengejar Freya yang sudah hampir sampai di pintu keluar. 

“Kakak antar, Fe!”

Freya menoleh ke belakang, ke arah kakaknya tengah berlari dengan pakaiannya yang acak-acakan. 

“Enggak usah, Kak. Aku bisa sendiri.”

“Enggak,enggak. Hari ini Kakak yang antar.” Rayan menjatuhkan barang bawaannya dan meraih jaket untuk ia pakai dengan terburu-buru. “Ayo, kita harus berangkat sebelum kamu terlambat.”

Mau tak mau Freya pun mengangguk guna mengiyakan keinginan Rayan. Gadis itu mengikuti langkah kakaknya menuju ke garasi, mendekat ke arah mobil hitam yang sudah terparkir siap digunakan. 

Tangan Freya sudah hendak meraih pintu sebelum Rayan dengan terburu-buru masuk kembali ke dalam rumah. 

“Kak, kenapa?” tanya Freya sedikit kaget. 

“Kakak lupa matiin kompor, Fe!”

Lihat selengkapnya