Best Friend

William Oktavius
Chapter #9

9. Are You Still Our Best Friend?

Beberapa bulan sudah berlalu. Kini Alvito dan Theo sudah memasuki semester 7. Sementara itu, mereka berdua masih belum mengetahui bagaimana kabar Calvin karena masih belum bisa bertemu secara langsung, bahkan melalui sambungan telepon. Mereka sebenarnya bisa bertemu dengan Calvin melalui acara meet and greet yang pernah dibuat oleh CalvinMania, namun mereka hanya bisa menemui Calvin secara sekilas, tidak secara personal seperti dahulu.

Alvito semakin terkejut saat mengetahui bahwa Calvin sudah mengundurkan diri dari perkuliahan sejak awal semester ini. Kabar ini ia ketahui setelah ia mencoba mendatangi klub musik yang dulu diikuti oleh Calvin. Dari sana, Alvito mengetahui bahwa Calvin sudah tidak lagi berkuliah dan memilih untuk fokus di bidang tarik suaranya itu.

“Gak nyangka gua Calvin udah sampai kayak gini,” ucap Alvito kepada Theo. Saat ini mereka sedang berbicara di kantin kampusnya sambil menikmati hari-hari sebagai mahasiswa tua.

“Keluar dari kampus? Bukannya kerja di dunia entertainment emang lebih menjanjikan ya? Gak kaget juga sih sebenernya kalo gua mah. Ini aja fashion-fashion gua kayaknya udah siap ngasih gua duit kalo misalkan gua beneran turun jadi designer artis,” celoteh Theo sedikit bercanda.

“Bukannya gitu. Ngerti sih kalo sekarang Calvin lagi fokus ngembangin karir sambil nambah-nambahin duit. Tapi kan seenggaknya dia juga punya pegangan di perkuliahan gitu. At least dapet gelar juga gitu loh,” sahut Alvito sambil memijat dahinya. Bingung dengan kelakuan Calvin.

“Gimana kalo kita samperin aja ke rumahnya?” usul Theo. Namun Alvito langsung menggeleng mendengar usul Theo.

“Gua udah pernah ke sana. Ternyata Calvin udah pindah ke apartemen di daerah Jakarta Selatan gitu. Cuma sesekali aja dia pulang ke rumahnya,” jawab Alvito seraya menolak usul Theo.

“Buset dah, lo ampe se-niat itu? Udah mau ngalahin admin CalvinMania aja lo,” ledek Theo.

“Heh, gini-gini juga kan awalnya kita CalvinMania juga,” sindir Alvito balik.

“Gimana kalo lo hubungin manajernya aja? Berkali-kali tapi. Selama ini kan kita cuma ngehubungin sesekali aja, nah kalo sekarang gimana kalo setiap hari gitu, sampai Calvin mau ngangkat teleponnya,” usul Theo lagi. Kali ini Alvito tertarik dengan usul Theo.

“Gua setuju sama lo. Oke deh, makasih sarannya ya. Nanti gua hubungin lagi kalo misalkan ternyata kita bisa ketemu,” balas Alvito sambil berterima kasih terhadap saran dari Theo.

*****

Alvito lalu langsung mencoba saran dari Theo. Sorenya, ia pun mencoba untuk menelpon Revan, manajer Calvin.

“Selamat sore. Ini dengan Revan, manajer Calvin. Ada yang bisa dibantu?”

“Oh, halo. Saya Alvito, teman sekampusnya Calvin. Bisa saya berbicara dengan Calvin? Ada yang mau saya bicarakan.”

“Kalo boleh tau tentang apa ya? Siapa tau saya bisa juga menyampaikan terlebih dahulu kepada Calvin.”

“Ini sedikit privat sih, jadi saya mesti berbicara langsung dengan Calvin. Apa bisa?”

“Saya cek sebentar ya.”

Alvito menunggu dengan sabar. Berharap Calvin mau mengangkat teleponnya. Sayangnya, ia malah menerima penolakan dari Revan.

“Calvin saat ini akan mengikuti latihan vokal, jadi tidak bisa diganggu. Kalo Alvito berkenan, bisa dititipkan pesannya, atau telepon lagi besok sore.”

“Oke. Saya telepon lagi besok sore saja. Terima kasih.”

Esok harinya, Alvito kembali mencoba menelpon Calvin melalui manajernya. Namun lagi-lagi Calvin tidak bisa diajak berkomunikasi karena sedang persiapan show. Alvito mulai gemas dengan kesibukan Calvin. Bisa-bisanya nyempetin telpon 2 menit aja gak bisa, omelnya. Walaupun demikian, Alvito tidak menyerah. Besok sorenya lagi, Alvito kembali mencoba untuk menelpon manajer Calvin.

“Selamat sore. Ini dengan Revan, manajer Calvin. Ada yang bisa dibantu?”

Bosen gua lama-lama dengerin ini template, rutuk Alvito saat harus mendengar suara Revan kembali saat ingin menghubungi Calvin. “Sore. Bisa bicara dengan Calvin?”

“Ini dengan siapa ya? Apakah sudah ada janji dengan saudara Calvin?”

“Saya Alvito. Yang sudah dua hari berturut-turut ingin berbicara dengan Calvin tapi anda selalu bilang tidak bisa. Kemarin sudah dikatakan bahwa sore ini saya bisa berbicara dengan Calvin. Apa hari ini masih belum bisa juga?” suara Alvito sudah mulai meninggi, tanda dirinya sudah kesal karena masih belum bisa menghubungi Calvin. Meskipun demikian, ia tidak bisa langsung memarahi Revan yang tidak langsung menghubungkan teleponnya dengan Calvin. Bisa saja memang prosedurnya sudah seperti ini.

Lihat selengkapnya