Alvito dan Theo sudah mendengar cerita dari Calvin. Memang tidak ada yang benar atau salah dari cerita Calvin. Netizen saja yang kalau sudah menghakimi seseorang akan sangat mengerikan. Meskipun demikian, perbuatan Calvin juga tidak bisa dibenarkan begitu saja. Mencium bibir seseorang di ruang publik dengan status public figure dan belum menikah tentunya bukan perbuatan yang baik untuk dilakukan. Memang tidak ada peraturan tertulis mengenai hal ini, namun karena netizen masih memegang teguh norma-norma yang ada, maka perbuatan Calvin tidak dapat diterima oleh masyarakat.
Calvin terharu karena Alvito dan Theo masih mau rela datang menghampiri dirinya dan menghiburnya. Dirinya merasa malu jika mengingat perbuatan buruknya dahulu. Calvin merasa dirinya tidak pantas untuk mendapatkan sahabat sebaik Alvito dan Theo. Mereka yang tetap setia berada di sisi Calvin, menemani Calvin yang sedang terpuruk walaupun Calvin sudah memutuskan tali persahabatan diantara mereka bertiga.
“Terima kasih, guys,” ucap Calvin masih sedikit terisak. Calvin lalu menangis kembali setelah mengucapkan terima kasih, kemudian Calvin menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Makasih untuk apa? Hahahaha, santai aja kali,” balas Theo sambil mencoba menenangkan Calvin.
“Gua gak pantes punya sahabat kayak kalian. Gua udah ngelupain kalian saat gua udah di atas, bahkan sampai mutusin tali persahabatan kita. Tapi kalian masih mau bersusah-payah nemenin gua di saat gua lagi terpuruh. I don’t deserve for that,” sahut Calvin lagi. Melihat wajah kedua sahabatnya yang masih rela membantunya saja Calvin merasa tidak pantas. Walaupun begitu, Alvito dan Theo tidak mau ambil pusing. Menurutnya, Calvin tetap sahabat terbaik mereka. Kejadian dulu hanyalah spontanitas karena Calvin masih merasakan star syndrome dan Alvito maupun Theo masih mencoba memakluminya.
“Don’t say like that lah. Kita ke sini karena masih nganggep lo Calvin Mahendra yang kita kenal. Sahabat tuh bakal selalu ada dan menemani sahabatnya di saat dia lagi senang atau sedih. Nah, buat kita berdua, lo itu sahabat terbaik kita. Karena itu, lo tenang aja. Kita bakal selalu ada buat lo kok, apapun kondisi lo,” hibur Theo seraya mencoba untuk tidak membuat Calvin semakin over thinking. Mereka lalu kembali duduk bersama di ruang keluarga Calvin. Menikmati waktu yang sedang berjalan.
“Actually, I miss the time when we’re spend some time together,” ucap Alvito sambil mengingat kembali masa-masa lalu disaat mereka masih bersama.
“Time flies so fast, right? Baru aja rasanya kita kemarin main ToD terus kita semangat pas dengerin cita-cita Calvin mau jadi artis. Terus baru aja rasanya kita tiap minggu latihan buat ikut Vocademia. Eh sekarang teman kita ini udah jadi juara Vocademia terus jadi artis,” sambung Theo ikut flashback.
“Yuk kita spend time together lagi. Mumpung lo lagi gada job juga kan?” ajak Alvito untuk menghabiskan waktu bersama lagi.
“Kalian emangnya lagi gak pada kuliah? Kan ini lagi mau UAS,” ucap Calvin saat mengingat kembali kalender perkuliahannya.
“Hahahaha, lo baru gak kuliah berapa semester masa udah lupa ama kalender kampus kita si? Kampus kita kan kalo liburan akhir tahun tuh lebih cepet dibanding kampus lain, jadi kita udah kelar juga kok UAS-nya,” ledek Alvito saat Calvin lupa mengenai kalender perkuliahan di kampusnya.
“Iya juga ya. Hmm, gua jadi agak menyesal udah mundur dari kampus, padahal udah mau jalan ke semester 5,” renung Calvin saat mengingat kembali perkuliahannya yang sudah ia putuskan untuk berhenti.
“Itu udah masa lalu. Pilihan lo saat itu adalah pilihan yang terbaik buat lo. Lagipula, lo juga kan kemaren udah mulai meniti karir, udah dapet pengalaman yang tentunya gak bakal didapetin selama kuliah. Jadi setidaknya lo udah dapetin sesuatu. Istilahnya nggak rugi-rugi amat gitu deh,” ucap Theo mencoba menyemangati Calvin kembali.
“Tapi kan sekarang karir gua udah hancur gara-gara kesalahan gua,” sesal Calvin lagi. Tiba-tiba Alvtio menjentikkan jarinya. Ia mendapat ide untuk menyelesaikan masalah Calvin.
“Kayaknya gua punya ide deh buat nyelesaiin masalah lo. Tapi bakalan gua kasih tau besok atau lusa karena sekarang gua masih mau main dengan Calvin Mahendra yang dulu. Nanti lusa baru gua bantu Calvin Mahendra buat balik ke posisi Calvin Mahendra yang seharusnya. Gimana?” usul Alvito. Theo terlihat setuju dengan usulan Alvito karena Theo yakin usul tersebut akan berjalan baik. Sedangkan Calvin memilih untuk ikut saja karena ia memang sudah tidak mempunyai jalan untuk menghadapi permasalahannya ini.