Bestfriend or Lover?

Livia Jesslyn Valerie
Chapter #3

It All Started with a Smile. Your Smile...

Keesokan paginya, Nicole baru saja selesai sarapan ketika ia mendengar bel rumahnya berbunyi. Siapa lagi kalau bukan Marco.

“Pergi dulu ya, Papa, Mama,” ucap Nicole kepada kedua orang tuanya. Ia mengecup pipi ayah dan ibunya.

“Hati-hati di jalan, Sayang,” ucap ibunya lembut.

“Belajar yang rajin,” kata ayahnya yang sedang membaca berita dari tabletnya.

“Pasti, Ma. Pasti, Pa,” ucap Nicole sambil tersenyum, “Dadah!”

Nicole keluar dari rumah dan segera mendapati sosok Marco di depan rumahnya. Tangan kiri cowok itu menenteng bola basket yang dimasukkan ke dalam kantong jaring. Berarti pulang sekolah nanti Marco ada rencana main basket dengan teman-temannya.

“Hari ini aku duluan,” ucap Marco dengan nada pamer karena ia siap lebih dulu dari Nicole.

“Kamu lagi hoki aja. Biasanya lebih sering aku dulu,” sahut Nicole sambil membuka pintu pagarnya. Setelah keluar dari pintu pagar, ia menguncinya lagi lalu berkata, “Yuk, berangkat,”

Mereka berdua berjalan kaki menyusuri jalanan di komplek perumahan mereka menuju ke sekolah. Inilah ritual mereka sejak TK, pergi dan pulang sekolah bersama. Sekolah yang terletak di dekat komplek perumahan membuat Nicole dan Marco hanya perlu berjalan kaki untuk pergi dan pulang sekolah.

“Kamu bawa mp3 player hari ini? Pinjem dong,” ucap Nicole sambil menjulurkan tangan kanannya.

Marco segera membuka tas ranselnya dan mencari-cari mp3 player milik mereka berdua. Setelah menemukannya, ia memberikannya pada Nicole.

Marco lalu mengeluarkan ponselnya, mencari-cari sesuatu sebentar, lalu memperlihatkan layar ponselnya pada Nicole, “Lihat nih, cakep nggak?” tanya cowok itu.

Nicole melihat gambar yang ditunjukkan Marco lewat ponselnya lalu menatap Marco, “Jangan nyusahin aku lagi, Co,”

Marco terbahak, “Tenang aja, Nick, kali ini aku pasti bisa tahan lama sama dia. Aku udah bertekad untuk jadi cowok setia,”

Nicole menatapnya dengan kernyitan di dahinya, “Sumpah, Co, nggak cocok banget kamu ngomong gitu,”

“Sembarangan kamu,” ucap Marco pura-pura tersinggung, “Namanya Sherry, anak kelas 10-3. Cantik dan imut banget ya? Dia juga tinggal di komplek perumahan ini loh,”

“Taruhan, bentar lagi kamu pasti jadian sama dia,” kata Nicole.

Marco tersenyum bangga, “Tau aja kamu. Itu memang rencana aku,”

“Taruhan lagi, satu sampai dua minggu setelahnya pasti putus,” tambah Nicole dan langsung membuat senyum bangga Marco kempis. Nicole tak tahan untuk tidak tertawa melihat wajah tersinggung Marco.

“Lihat aja nanti, Nicky, aku bakal tahan lama sama Sherry. Kamu pasti kalah taruhan,” jawab Marco tak mau kalah.

Nicole mengangkat kedua bahunya santai, “Tantangan diterima,”

Marco menatap Nicole sebal, “Kok pede banget sih kamu?”

“Karena aku yakin kamu nggak mungkin tahan lama-lama sama satu cewek,” jawab Nicole.

Marco tersenyum menantang, “Oh, oke. Kita lihat aja nanti. Apa hadiah buat yang menang?”

Nicole mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, “Hmmm... yang menang boleh minta hal apapun ke yang kalah, tapi permintaannya harus masuk akal dan nggak boleh aneh-aneh,”

“Boleh,” jawab Marco, “Siap-siap aja kamu, Nick, buat turutin permintaan aku,”

Nicole tersenyum meremehkan, “Kamu kali yang siap-siap. Udah pasti kalah juga. Bwek,” Nicole memeletkan lidahnya pada Marco lalu segera melarikan diri dari cowok itu.

“Eh, cari ribut nih anak,” ucap Marco lalu segera berlari mengejar Nicole. Kepada gadis itu, ia berseru, “Maksud kamu apa, hah? Sini kamu!”

Suara tawa Nicole terdengar di depan sana, sementara Marco masih berusaha mengejar gadis itu. Tanpa bisa menahan lagi, akhirnya Marco melepaskan tawanya.

Mereka tidak pernah berubah sejak dulu.

*** 

Saat jam istirahat, Nicole sedang makan siang di kantin bersama kedua teman akrabnya sejak SMP, Karen dan Giselle. Ia lalu melihat Marco masuk ke kantin dengan seorang cewek imut di sampingnya. Nicole memutar otaknya sebentar kemudian menyadari kalau cewek imut itu adalah cewek yang tadi Marco perlihatkan fotonya. Sherry namanya kalau tidak salah.

“Temen loe tuh, Nic, udah gandeng cewek lagi aja,” ucap Karen sambil menyantap nasi uduknya.

“Udah tau si Marco itu nggak bisa tahan lama sama satu cewek, tapi kok cewek-cewek masih aja ya mau sama dia?” tanya Giselle.

Karen adalah temannya sejak SMP. Gadis itu cantik namun tidak anggun. Ya, serius. Karen memiliki wajah yang lumayan, namun gadis itu begitu cablak dan terkadang sangar seperti ibu kos yang sedang menagih tagihan setiap akhir bulan. Sementara itu, temannya yang bernama Giselle –mereka juga akrab sejak SMP, tidak sesangar Karen dan sedikit lebih lembut. Giselle juga memiliki wajah yang cantik dengan rambut sebahunya.

Nicole mengangkat bahu, “Gue juga bingung sama mereka. Udah tau bakal sakit hati, tapi masih tetep aja,”

Marco dan Sherry terlihat baru saja selesai membeli makanan dan kini duduk di tempat duduk yang masih kosong di sudut sana. Mereka duduk berhadap-hadapan lalu makan sambil mengobrol. Marco tak henti-hentinya melancarkan senyum menawannya dan Sherry terlihat begitu terpesona oleh Marco.

“Eh, Nic,” panggilan Karen segera membuat Nicole menoleh ke arah temannya itu.

Lihat selengkapnya