Bestfriend or Lover?

Livia Jesslyn Valerie
Chapter #13

Realization

Hari-hari yang dijalani Marco terasa begitu suram. Ia pergi ke sekolah dengan mood yang buruk setiap harinya. Nicole masih tak ingin berbicara dengannya dan selalu menghindarinya kapan pun, di mana pun. Ditambah lagi ujian Sejarah-nya hari ini lagi-lagi tidak bisa dikerjakannya dengan baik. Ia yakin ia pasti dapat nilai jelek lagi, yang mana akan menjadi pertimbangan Pak Heru untuk memanggil orang tuanya. Bisa runyam kalau begini caranya.

Marco kehilangan semangat dalam melakukan kegiatan-kegiatan rutinnya. Ia sadar ia jadi lebih pendiam, bahkan saat berada di antara teman-temannya. Ia juga sering tidak konsenterasi saat sedang bermain basket.

Marco mencoba mengalihkan perhatiannya dengan menerima gadis-gadis yang datang padanya. Ia mencoba menjadi seperti dulu lagi saat ia masih merasa begitu senang melakukan pendekatan-pendekatan dengan gadis-gadis cantik, menjadikan mereka pacarnya, lalu meninggalkannya.

Siang ini, ia mencoba menghabiskan waktu di kantin bersama Cynthia, teman sekelasnya yang katanya sedari awal masuk sekolah sudah menaruh rasa suka padanya.

Cynthia adalah gadis yang cantik dan baik. Rambutnya tebal dan panjang sepunggung. Kedua matanya bulat dan indah, hidung mancung, bibir berisi. Suara gadis itu serak-serak basah.

Marco berusaha membuang segala pemikirannya tentang Nicole dan memfokuskan perhatiannya pada Cynthia. Ia pun tersenyum sambil memancarkan pesonanya ke gadis itu. Ia lalu mengeluarkan kalimat-kalimat pamungkasnya yang selalu membuat para gadis tersipu malu dan merasa menjadi gadis yang begitu spesial.

Namun entah mengapa, hari ini semuanya terasa begitu kosong dan membosankan. Untuk apa ia mendekati gadis-gadis ini jika pada akhirnya ia hanya akan meninggalkan mereka? Bukankah ia hanya akan membuat hati mereka sakit?

Marco tertegun atas pemikiran yang barusan muncul di kepalanya. Bayangan Nicole menangis kembali terputar ulang di kepalanya. Seperti itukah kesedihan yang dialami oleh para gadis itu? Menangis dengan begitu sedihnya karena ia mempermainkan mereka? Mengapa ia egois sekali? Hanya demi kesenangan yang tidak ada gunanya, ia tega membuat orang lain menangis.

Lihat selengkapnya