Hari Senin paginya, Marco bangun dengan perasaan yang tidak terlalu baik. Kejadian kemarin masih memengaruhi mood-nya dan ia merasa telah menjadi seorang pengecut karena tak mampu bertemu muka dengan Nicole hari ini. Perasaannya masih bercampur aduk. Ia merasa salah tingkah karena ciuman mereka kemarin. Ia juga masih merasa kecewa karena Nicole menganggap remeh perasaannya. Namun ia tetap mencintai gadis itu, jadi ia memutuskan untuk tetap menemui Nicole hari ini.
Marco menunggu Nicole di depan rumahnya seperti biasa. Ketika gadis itu akhirnya muncul, Marco berusaha tersenyum meski ia merasa wajahnya sedikit menghangat karena teringat akan kedekatan mereka kemarin.
Marco berdeham, berusaha mengusir kegugupannya, "Morning, Nick," sapanya.
Nicole yang sedang membuka gembok menatapnya dari balik jeruji pagarnya sesaat sebelum akhirnya gadis itu memilih untuk menatap gembok yang sedang dibukanya. Wajah gadis itu terlihat sedikit memerah. "Hai," sapanya singkat tanpa menatapnya..
Setelah gadis itu akhirnya keluar dan menutup kembali pagarnya, mereka pun berjalan bersama ke sekolah.
Suasana terasa begitu hening dan kikuk. Nicole diam. Marco juga tidak tahu harus berbicara apa.
Marco berdeham lagi, “Besok ada ujian, Nick?” tanyanya memecah keheningan.
“Nggak ada,” jawab gadis itu.
Hening lagi. Hanya terdengar suara gesekan sol sepatu mereka dengan aspal jalanan. Marco berpikir ingin memberikan Nicole tebak-tebakan lagi, tetapi otaknya sedang tidak bisa berpikir. Perasaannya yang bekerja lebih banyak hari ini.
Begitu juga saat istirahat. Marco tak mampu banyak berbicara dengan Nicole, dan sebaliknya. Untung ada Karen dan Giselle yang membuat suasana sedikit ramai. Kalau tidak ada kedua gadis itu, Marco dan Nicole bagai dua orang bisu.
Sepulang sekolah, mereka kembali pulang bersama dalam keheningan. Marco melirik Nicole yang sedang melangkah di sampingnya sambil menunduk menatap jalanan yang dipijaknya. Apakah gadis itu marah kepadanya?
Marco berdeham lagi. Entah sudah berapa puluh kali ia berdeham hari ini ketika hendak memulai pembicaraan dengan Nicole. “Nick,” panggilnya.