Bestfriend or Lover?

Livia Jesslyn Valerie
Chapter #20

Fall Apart

Alarm ponsel Marco berbunyi membuat ia terbangun dari tidurnya. Dengan mata masih setengah tertutup, ia menatap layar ponselnya lalu mematikan alarmnya.

Ada beberapa chat yang masuk dan ia segera membukanya. Ada nama Nicole di antara chat-chat itu. Jempolnya langsung memencet chat dari Nicole dan membacanya.

Aku besok pergi bareng Karen dan Giselle ya, Co. Kamu berangkat duluan aja.

Gadis itu ternyata mengirimkan pesan kemarin malam. Marco pun tersenyum di tengah kantuknya, merasa senang karena Nicole memutuskan untuk datang menonton pertandingannya hari ini. Ia pun segera mengetik pesan balasan untuk gadis itu.

Oke, Nick. See you there.

Dengan hati yang gembira, ia bangkit dari tempat tidurnya untuk mandi dan bersiap-siap.

Lima belas menit kemudian, ia sudah siap dengan seragam basket sekolahnya beserta tas olahraga yang tersampir di bahu kanannya. Ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga.

Ada ayah dan ibunya yang sedang sarapan pagi. Marco segera duduk dan melahap nasi goreng yang disediakan ibunya.

Ayahnya yang sedang membaca berita dari tabletnya meliriknya sebentar, "Lomba ya hari ini?"

Marco mengunyah makanannya, "Iya, Pa. Lomba yang aku ceritain kemarin malam itu," jawab Marco.

Ayahnya mengangguk-angguk, "Awas kalau nggak menang,"

Marco tersenyum sambil menelan makanannya, "Kalau nggak menang nanti aku kasih voucher pijat pundak buat papa,"

Ayahnya tergelak. Dulu saat Marco masih kecil, ayahnya sering meminta voucher pijat pundak setiap bulannya.

"Pergi sama siapa, Sayang?" tanya ibunya yang duduk di hadapan ayahnya.

"Sama Hendry, Ma," jawab Marco.

Jenny memandang putranya. Entah mengapa ia tidak ingin Marco pergi. Ia ingin agar Marco tinggal di rumah saja.

"Mama antar saja ya, Sayang. Hendry ikut aja," ucap Jenny, berusaha menahan perasaan khawatirnya yang tak beralasan.

Marco tersenyum, "Nggak usah, Ma. Aku kan udah gede. Mama tenang aja,"

Jenny tahu seharusnya ia percaya kepada putranya. Marco sudah sering pergi bersama teman-temannya dan putranya itu baik-baik saja. Ia pun menghela napas. Mungkin memang ia yang terlalu khawatir.

Lihat selengkapnya