"Bocah kaya itu membosankan, tau!"
Seorang gadis berpenampilan serampangan berkata sambil meniupi mie yang sudah tergulung di ujung sumpitnya. Gadis lain yang bergaya layaknya hendak nongkrong di mall memasang tampang bosan seraya menopang dagu.
"Hei! Akui aja deh. Ya kan?" imbuh si Serampangan sambil meminta persetujuan temannya yang lain. Memaksa.
Temannya cuma tertawa saja sambil menyeruput Es Teh, "Enggak semua juga, kali."
Si Serampangan mendengus, "Bet me, one in million."
Si Gadis Siap Ngemall melirik sinis, "One in million itu cocoknya buat kalimat mencari jodoh, bukan nyinyirin orang!"
"Namira pernah patah hati sama Bocah Kaya kali." seloroh teman mereka dengan mata jahil
"Ya wajar aja ditinggal! Lah liat dia? Bentukannya ga sesuai standar banget! Standar kita aja ga nyampe, apalagi mereka! Menyia-nyiakan kesempatan masa depan lo tuh, Mir!"
Namira –si Serampangan mendelik sebentar lalu memandang temannya yang tadi bicara, "Nah, yours Prince David Sumanagara itu pada nyatanya emang ngebosenin, tau! Sarah yang adiknya aja mengakui itu, Julaeha!"
Julaeha -sang Gadis Siap Ngemall, melotot gahar seraya melemparkan sebatang sumpit bekas ke arah Namira. Gol! Masuk ke mangkok Namira yang masih berisi dua butir bakso bulat seperti bola pingpong. Nama dia sebenarnya Juliette. Namira saja yang tengil suka mengganti-ganti nama orang. Terkadang pula Namira memanggilnya Juju, yang mana Juliette lebih menyukainya. Biarpun tidak tertulis cantik, Juju jelas lebih terdengar imut daripada Julaeha!
"Etdah, Si Juju! Liat tuh kelakuan dia, Kirana Sayang! Enggak sesuai standar cewek anggun tapi malah bacot nilai gue di bawah standar! Tidak punya kepribadian dia."
Juliette mendengus sebal sementara Kirana tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya. Sampai akhirnya Juliette protes,
"Lo enggak pernah ya ganti-ganti nama Kirana?!"
Namira bergedik seraya menjauhkan mangkoknya. Meski katanya ia punya sikap dibawah standar, siapa sih yang sudi memakan makanan yang sudah kejatuhan bekas alat makan orang lain?
"Nama Kirana udah bagus. Gue suka. Gitu aja ribut lo, Julaeha!"
Juliette menggeram kesal tapi matanya tiba-tiba menangkap sesosok pangeran lain yang tidak kalah populer dari David yang tadi sempat ia bicarakan bersama Kirana sebelum Namira yang mengenal David merusak imajinasi.
Namira mengernyit, sejenak heran melihat Juliette kehilangan hasrat bertengkar dengannya. Maka, setelah beradu pandang dua detik dengan Kirana, mereka berdua melempar pandang ke belakang melalui bahu masing-masing. Tidak lama Namira mencebik dan kembali berbalik sementara Kirana membuang lebih banyak waktu mengamati sultan muda yang itu. Sampai sosoknya hilang ke balik bangunan rektorat. Sewaktu kembali menghadap ke depan, Kirana mengulas senyum simpul dan langsung bicara pada Juliette.
"Awesome hensem ya?"
Juliette tersenyum lebar, "Iya. Duh, sayang gue enggak bisa akting. Jadi ga bisa modus sama Bapak Sutradara Muda itu."
Kirana terkekeh, "Tidak teraih ya?"
Juliette mengangguk sambil memasang tampang merana. Tak lama ia memicing tajam pada Namira. Yang menerima tatapan, terkejut menegakan punggung,
"Apa ih?"
"Coba lo mau jalan sama David, kan siapa tau kita bisa masuk circle mereka!"
Namira berdecak, "Itu lagiii. Bosen!"
Kirana menyeruput minumnya, "Lo kok bisa sih santai aja nemenan sama Sarah?"
Namira mengerutkan kening tak paham.
"Ya lo kan tau dia anak siapa, adik siapa, lingkungannya gimana. Ga suka tiba-tiba insecure gitu lo ngadepin dia? No offense ya, gue cuma penasaran. Gue juga liat Sarah tulus-tulus aja sih temenan sama lo yang beda kasta gitu sama dia."
"Nyinyir lo, Ran!"