Tadinya, kanal youtube milik si Rambut Merah –Amadeo Rifky Samsoe, tidak diminati netizen dalam negeri walau memakai nama berbau lokal @KirifKy. Awalnya, meski bersliweran dan sering direkomendasikan, kanal tersebut dianggap milik bocah luar negeri. Terutama karena isinya sebagian besar adalah tentang catatan si Empunya kala tengah berada di suatu negara luar. Tidak sebatas menampilkan keindahan lokal suatu tempat di negara asing bersama kulinernya, kanal itu sering menyisipkan sisi kehidupan asli penduduk setempat. Semacam jika di Singapore tidak melulu di Orchard, riverside atau Little India, tapi masuk ke lorong-lorong lokasi bisnis lokal sampai Tanjung Pagar. Semisal di NYC tidak sekedar membuat iri dengan Fifth Avenue dan lingkar Central Park, tapi juga Metro dan toko-toko kopi kecil East Village plus Museum-museum NYC yang kelas dunia. Seperti misal di Jakarta, tidak cuma SCBD, Senopati tapi lengkap kaki lima Kebayoran Baru dan tak ketinggalan tempat-tempat nyaman di Hang Lekir serta kios-kios dalam gang berbagai area. Sudut pandang insider itu selalu lebih terasa mendalam tidak sebatas reportase singkat.
Isi kontennya memang detail dan mendalam sampai disangka bukan punya Anak Negeri. Tapi, semenjak Nasi Goreng Kebon Sirih terulas, mulailah kanal ini mencuri hati segelintir netizen dalam negeri. Sekitar dua tahun lalu kejadiannya sementara netizen muda global sudah kadung menjadikan kanal KirifKy sebagai referensi travelling tepercaya nyaris empat tahun lamanya. Dan, kala dalam salah satu rekamannya tentang Swedia ia mulai menampilkan sosoknya, boom! KirifKy ketahuan sebagai youtuber berkebangsaan Indonesia. Dan, kau tahulah bagaimana kelakuan netizen dalam negeri yang seketika membanjirinya! Meski followers internasionalnya telah masif, tambahan dua juta pengikut dalam negeri dalam hitungan hari membuatnya jadi sering bersliweran di laman rekomendasi. Terlebih lagi ternyata ia pun memiliki unggahan tentang bagian-bagian tertutup istana kesultanan Brunei Darussalam yang seketika menjadikan penonton asal tanah airnya stabil pada angka jutaan setiap bulan. Beberapa komen liar menafsirkannya sebagai anggota keluarga Kerajaan. Untuk audience internasional, ia pun memiliki konten prestisius dan pretensius macam menghadiri pertandingan amal Polo Padang Pasir yang disponsori Cartier di Dubai. Tidak lupa ia berbicara dengan beberapa penunggang kuda dalam pertandingan itu dengan akrabnya. Hal-hal yang mengundang pertanyaan bahwa bocah ini cukup mengenal mereka melahirkan asumsi pecinta glamorama internasional bahwa Kirifky bagian dari kelas sosial 1%. Dia juga terpantau menghadiri tur ke Kutub Selatan sampai pulai Peter I di Bellingshausen Sea tahun lalu. Yang mana mengundang netizen global terus menerus mempertanyakan jati dirinya. Seorang warga dari negara Asia Tenggara dengan fitur Eurasia, berkeliling dunia sambil santai saja menyajikan konten travel di lokasi-lokasi tidak biasa yang sulit diakses, bagaimana mungkin? Harus ada alasan jelas terang benderang mengapa ia bisa demikian. Beberapa Pecinta Konspirasi sudah berusaha mengaitkan jati dirinya dengan kaum tidak teraih global yang sering dijuluki New World Order.
Jawaban jelas justru didapat pengikut dalam negerinya kala awal tahun ini ia pulang ke tanah air dan berfoto dengan keluarganya. Tak lain tak bukan, ternyata ia putra semata wayang Sutan Samsoe, seorang media magnate tingkat regional. Tidak mengherankan kalau ternyata kanal KirifKy itu punya tampilan yang menyenangkan dan cukup pro sejak awal meski ia memulainya saat masih duduk di bangku sekolah menengah.
Bagi Juliette dan Kirana, ini adalah sebuah fakta yang berujung dengan banyak jawaban. Betapa Rifky Samsoe seorang bocah yang terlahir kreatif. Betapa kemampuannya merancang dan mengarahkan konten travelnya adalah sebuah keunggulan yang tidak main-main. Betapa di usianya yang baru 20 tahun dia telah berkeliling dunia –yang artinya dia sudah sangat kaya raya tanpa kanalnya ada sekalipun. Itu sangat penting.
Namun, bagi Namira, kala dulu melihat pemilik kanal KirifKy menjadi host dalam kontennya, tidak ada yang menarik dan cenderung membosankan. Bocah kaya beruntung yang kebetulan pintar berbakat itu biasa saja. Sangat wajar dan tentu saja tiada yang istimewa karena memang sudah seharusnya demikian. Orang tuanya dikenal prestisius dan elegan. Lingkungan mereka para orang pintar dan berkuasa. Lingkar kehidupan mereka tidak tertembus. Jadi, kalau KirifKy hebat itu adalah wajar tapi kalau tidak menjadi apa-apa, tentu saja memalukan. Itu menurut Namira yang tidak pernah menyengaja membaca komen di media manapun.
Tapi itu dulu. Sewaktu belum bertatap muka dengan Rifky yang kini didepannya melahap sekotak cimol sampai mukanya memerah. Impresi nyata Amadeo Rifky yang di hadapannya sangat berbeda dengan sebagaimana yang Namira asumsikan kala beberapa kali melihatnya lewat layar. Itu menurut Namira. Soalnya, kalau kata Juliette dan Kirana, Amadeo Rifky Samsoe si Rambut Merah, sama persis dengan citranya di kanal itu. Luwes bersahaja dan tidak dibuat-buat. Mereka jadi bingung sendiri dengan pemikiran Namira yang seperti tarik ulur menilai Rifky Samsoe. Rupanya mereka lupa, kalau Namira punya framing mutlak tentang para anak lelaki keluarga ultra kaya. Saat melihat Rifky di kanalnya, Namira memakai bingkai tersebut, membosankan. Saat ini, penilaian Namira sedang diuji. Diuji dalam bentuk seorang Rifky Samsoe yang tidak kelihatan membosankan meski Namira tahu dia terkategorikan super membosankan. Seharusnya.
"Kangen gue! Duh, enak banget!" gumam Rifky sambil kembali menyuap cimol yang penuh dengan taburan Boncabe KW.
Namira nyengir sejenak sebelum mulai melahap juga cimolnya. Tanpa taburan serpih cabai kering sama sekali.
"Kayak udah setaun gak makan cimol lo!" cetus Daru, teman Rifky.
Rifky mengangguk, "Lo pikir ginian ada di sono? Dari Petersburg sampe Tsbilisi, kapan lo dapetin ini?"
Bocah bernama Daru itu tertawa. Namira mengunyah lamat-lamat dan menelisik seksama bocah teman Rifky itu. Rifky memahami dan menjelaskan pada Namira setelah meneguk lebih dari setengah botol air mineral.
"Ini Daru, cameraman gue. Sekaligus teman dalam kesulitan tapi tidak dalam kesenangan."
Tawa Kirana terdengar, "Aww, sarkas sekali." komentarnya.
Daru menoleh Kirana dan mengiyakan. Namira tersenyum,
"Jadi yang keren Daru kan ya di sini? Suka ambil angles yang ga biasa. Itu menarik loh."
Rifky berdehem, "Kalo yang eksperimen-eksperimen gitu, gue dong yang pegang kamera!" sanggahnya tidak terima Daru dipuji Namira.
Daru mencibir seraya melahap sekaligus cimolnya, "Iya, gitu?"
Juliette terkekeh melihatnya kemudian berkomentar, "Bos lo lagi mepet temen gue ini, iyain aja lah!"
Daru membeliak pura-pura terkejut, "Eh, iya? Lupa! Makasih Julaeha udah ingetin abang. Kalo enggak ada neng Julaeha, abang kebablasan, potong gaji sudah sama pak Bos!"
Juliette mencebik dan Kirana tertawa lepas. Kalau Namira sih cuma bisa menggeleng-geleng pelan sambil memilihi cimol yang tidak tertaburi cabai bubuk sepenuhnya. Rifky memandangnya.
"Hobi kamu apa?" tiba-tiba ia bertanya.
"Mancing." sahut Namira tanpa mengangkat kepala, masih sibuk memilihi cimol minim cabai kering.
Rifky mengangguk-angguk, "Mancing kerusuhan?" selorohnya.
Namira tergelak sejenak, "Enggak, Iki. Mancing beneran. Semacam ada joran, ada umpan, ada ikannya."
Rifky terlihat terkejut. Namira menelengkan kepala. Ia teringat respon Mahameru minggu lalu pun begitu. Tapi, lain Mahameru lain Rifky, raut jenaka Rifky membuat Namira tidak sama sekali punya kesal yang terbit seperti dulu ia merespon ketidak percayaan Mahameru. Namira mengulum senyum.
"Besok kita mancing di empang, mau enggak?" tanya Rifky.
Namira berdecak, "Jangan nantangin deh. Hayuk lah, siapa takut?"
Rifky tersenyum, "Deal! Daru, pesenin tempat deket rumah!"
Daru berhenti mengunyah dan melirik Rifky tak berkedip. Sedetik dua detik, baru kemudian ia bergerak menelan makanan yang ada di mulutnya.
"Apa?"
"Pesen tempat di empang deket rumah."
"Buat konten?"