"Kenapa kamu terlambat, Rey?" tanya Pak Danu, seorang guru piket yang saat ini sedang berjaga di depan gerbang sekolah untuk memberikan hukuman kepada setiap murid yang terlambat.
"Motor saya mogok, Pak. Karena belum ada bengkel yang buka, jadi saya harus nunggu angkutan umum yang lewat," jelas Rey tanpa berbohong sedikitpun.
Pak Danu terkekeh pelan setelah Rey selesai menceritakan tentang alasannya terlambat datang ke sekolah.
"Apakah tidak ada alasan yang lain?" tanya Pak Danu. Rey menatap Pak Danu dengan tatapan bingung. Bukannya dia sudah jujur? Lalu kenapa harus memberikan alasan yang lain?
"Saya sudah mengajar di sekolah ini selama sepuluh tahun, dan saya sudah sering mendengar alasan klasik seperti itu, Reynand," lanjut Pak Danu.
"Tapi Pak, saya tidak bo-"
"Saya tidak percaya!" bentak Pak Danu. Rey tertegun ketika Pak Danu tiba-tiba menyela kalimat yang belum selesai dia ucapkan.
"Maaf, Pak," ujar Rey sambil menunduk, dia tidak akan lagi berbicara untuk membela diri. Karena percuma saja, Pak Danu tidak akan percaya walaupun dia sudah menjawab dengan jujur.
"Rey, kamu itu Ketua OSIS SMA Alvetra. Seharusnya kamu bisa menjadi panutan bagi siswa-siswi yang lain. Jika Ketua OSIS nya saja tidak disiplin, lalu apa yang patut dicontoh dari kamu?" tutur Pak Danu.