"Shillda, lo dipanggil sama Kak Arvan!!" teriak Farel, ketua kelas 10 IPA 3 yang saat ini tengah berdiri di dekat pintu.
Kelas mendadak hening, berbagai macam tatapan dari setiap orang di dalam kelas kini tertuju pada Shillda yang sedang fokus membaca novel di bangkunya.
"Shill, Kak Arvan nungguin lo!" teriak Farel dengan suara yang lebih keras lagi karena Shillda tak kunjung menyahutnya.
Shillda memutar kedua bola matanya malas. "Gue gak ada urusan sama Kak Arvan," ujar Shillda tanpa beranjak sedikitpun dari tempat duduknya.
"Tapi Kak Arvan ada urusan sama lo makanya dia datang kesini. Seenggaknya keluar dulu sebentar, Shill!" titah Farel yang sepertinya sudah lelah berdiri sejak tadi.
"Gue gak peduli," jawab Shillda acuh.
Kezia, teman sebangku Shillda tiba-tiba saja mengambil alih novel dari genggaman tangan Shillda lalu melemparnya ke sembarang arah. Kezia langsung menarik tangan sahabatnya ini dan menyeretnya untuk keluar dari dalam kelas.
Shillda berusaha melepaskan cekalan tangan Kezia sambil terus memakinya. Namun, semua hal yang dilakukan oleh Shillda tidak berpengaruh apapun untuk Kezia.
"Lo apa-apaan sih?!" geram Shillda.
"Temuin dulu Kak Arvan, kasian dia," ujar Kezia sambil terus menyeret Shillda hingga akhirnya mereka berhasil keluar dari dalam kelas.
"Kak Arvan nyari Shillda, kan? Nih Kak, orang yang lo cari," ucap Kezia setelah menghadap Arvan yang masih setia berdiri di depan kelas 10 IPA 3.