"Bukan hanya sekedar pengakuan, tetapi juga sebagai bentuk kepemilikan"
⭐⭐⭐
"Shill, lo beneran pacaran sama Kak Rey?" tanya Kezia yang saat ini sedang berada di kantin. Shillda memutar kedua bola matanya malas karena sekarang, dia tengah menjadi bahan pembicaraan untuk kedua kalinya hanya gara-gara berangkat sekolah dibonceng oleh Rey.
"Lo gak usah ikutan jadi tukang gosip kayak orang lain, yang mereka bicarakan itu cuman spekulasi dari apa yang mereka lihat, tapi pada kenyataanya mereka gak tau apa-apa," tegur Shillda.
"Nah makanya gue nanya sama lo biar gue tau kenyataannya langsung dari orang yang bersangkutan," tutur Kezia.
"Gue gak pacaran sama Kak Rey," tegas Shillda yang membuat Kezia langsung mengerutkan dahinya.
"Terus kenapa lo bisa berangkat sekolah bareng sama Kak Rey?" tanya Kezia.
~Flashback on~
Selesai merapikan penampilannya, Shillda langsung memasuki ruang makan dan duduk di atas kursi sebelah Devin. Dia mengambil selembar roti lalu mengoleskan selai coklat kesukaannya hingga tiba-tiba ponsel milik Shillda berdering menandakan ada panggilan yang masuk.
My Love❤'s calling
Shillda mengerutkan keningnya. Sejak kapan dia menyimpan nomor telepon seseorang dengan nama My Love?
"Hallo?"
'Gue di depan rumah lo.'
Tunggu! Sepertinya Shillda mengenali suara ini.
"KAK REY!!"
'Jangan teriak elah telinga gue sakit nih,'
"Ngapain lo ke rumah gue?"
'Jemput lo lah, mau apa lagi?'
"Gue berangkat sama Pa-"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, ponsel Shillda telah direbut oleh Dika, ayah dari Devin dan Shillda.
"Ajak masuk dulu, gak sopan ngebiarin tamu nunggu lama di luar," tegur Dika pada Shillda.
Pada akhirnya, Shillda mengalah dan beranjak keluar rumah untuk menghampiri Rey. Ketika Shillda membukakan pintu, dia bisa melihat Rey yang masih duduk di atas jok motornya sambil tersenyum senang.