"Tidak bisakah kau pamit sebelum pergi? Setidaknya berikan aku kesan terbaik ketika perpisahan terjadi"
⭐⭐⭐
"Ada yang mau lo tanyain?" tanya Devin pada Rey yang saat ini sedang memainkan gitar di balkon kamarnya.
"Banyak," jawab Rey singkat. "Tapi, gue bingung harus mulai dari mana. Jadi, mending lo aja yang ceritain semuanya dari awal," lanjutnya.
Devin menghela nafas gusar ketika harus mengingat masa dimana adiknya benar-benar berada dalam kesulitan. Dan yang paling Devin sesali, dia tidak bisa menjadi kakak yang baik karena tidak bisa menarik Shillda keluar dari ruang masa lalu.
"Jujur, gue gak tau banyak hal tentang masalah antara Lintang dan Shillda. Tapi, gue masih inget saat Lintang ngebentak dan berbuat kasar pada Shillda," ujar Devin memulai ceritanya.
⭐⭐⭐
~Flashback on~
"Lintang marah sama Shillda?" tanya Shillda yang saat itu masih duduk di bangku kelas 8 SMP.
"Gak," jawab Lintang singkat dengan tatapan tajam dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Terus kenapa Lintang jauhin Shillda?" tanya Shillda dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Gue? Jauhin lo? Emang sejak kapan kita pernah dekat?" tanya Lintang yang membuat Shillda tertegun.
Lintang maju dua langkah mendekati Shillda lalu tangan kanannya mengangkat dagu Shillda dengan kasar sehingga dia dapat melihat tatapan kemarahan Lintang.
"Selama 8 tahun kita berteman, lo sadar gak sih? Lo itu cuman bisa jadi beban buat gue! Dengerin baik-baik yah, gue gak suka deket-deket sama cewek yang gak guna kayak lo!" ucap Lintang dengan penekanan di setiap kata.
"Kalo gitu, Shillda minta maaf, Shillda janji akan berubah, Lintang jangan marah sama Shillda yah?" mohon Shillda sambil meraih kedua tangan Lintang, lalu dia berlutut di hadapan Lintang sambil menangis.
Lintang menepis tangan Shillda dengan kasar, lalu dia mendorong tubuh Shillda hingga terjatuh dan terduduk di lantai koridor.
"Gue gak butuh maaf dari lo!" bentak Lintang tanpa mengalihkan tatapan tajamnya sedikit pun dari mata Shillda. "Gak usah nangis, air mata lo gak berarti apa-apa buat gue!" lanjutnya.
"Shillda suka sama Lintang," gumam Shillda yang masih bisa terdengar oleh Lintang. "Shillda gak suka Lintang berubah jadi kayak gini," lirihnya.
Lintang berjongkok di hadapan Shillda, lalu dia berkata, "Nih ya gue kasih tau, cewek cupu kayak lo itu gak berhak suka sama cowok kayak gue. Dan lo bilang apa tadi? Gue berubah? Lo aja yang bego karena gak sadar kalo selama ini gue itu risih sama lo!"
"Shillda benci sama Lintang!" bentak Shillda dengan suara gemetar. Lintang menekan kedua pipi Shillda dengan tangan kanannya lalu tersenyum licik.
"Lintang juga benci sama Shillda," ujar Lintang sebelum dia berdiri.
"Mulai sekarang, lo gak usah cari gue dan jangan pernah usik kehidupan gue lagi. Gue akan pergi dari kehidupan lo, dan jangan harap gue akan kembali." Lintang menghela nafas sebelum melanjutkan ucapannya.