"Dia adalah seseorang yang selalu menyebalkan, tetapi aku selalu rindu akan kehadirannya"
⭐⭐⭐
"Lo ngerasa sepi gak sih?" tanya Kezia.
Shillda yang sedang meminum jus mangga langsung menghentikan aktivitasnya. Dia memperhatikan seisi kantin yang sangat ramai oleh siswa-siswi dan beberapa guru. Sepi sebelah mananya coba?
"Maksud gue, lo ngerasa ada yang kurang gak?" tanya Kezia meralat pertanyaannya setelah memahami tatapan bertanya dari Shillda.
"Gak," jawab Shillda singkat. Kezia memutar kedua bola matanya, dia memutuskan untuk mengeluarkan ponsel lalu memainkannya.
'Dasar gak peka,' batin Kezia.
Kini hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua karena Kezia fokus memainkan ponselnya sedangkan Shillda masih fokus memperhatikan seisi kantin. Ternyata benar kata Kezia, kondisi kantin saat ini terlihat lebih sepi dibandingkan hari biasanya.
"Kok dari tadi gue gak liat anak kelas 11 yah?" tanya Shillda kepada diri sendiri.
Kezia yang mendengar pertanyaan Shillda langsung menyimpan ponsel dan menjentikkan jari tangannya. Akhirnya Shillda peka juga sama keadaan sekitar.
"Nah, itu yang gue maksud tadi!" seru Kezia dengan bersemangat. "Tiga hari lagi, kita akan ngadain pensi buat ngerayain ulang tahun sekolah yang ke-30. Jadi, semua anggota organisasi dan ekskul seni yang didominasi sama kelas 11 sekarang lagi sibuk mempersiapkan diri buat pensi hari Sabtu nanti," lanjutnya.
"Oh."
Kezia mendelik karena respon yang diberikan oleh Shillda. "Gue udah ngomong panjang lebar dan respon lo cuman 'oh' doang?" cibir Kezia.
Shillda hanya diam mengabaikan cibiran Kezia hingga dia merasakan sebuah usapan lembut pada puncak kepalanya. Shillda membalikkan badannya dan mendapati Rey yang tengah menatapnya.
"Hai, My Dear," goda Rey sambil mengambil posisi duduk di sebelah Shillda yang sudah mulai merasakan pipinya memanas.
"Berisik!" bentak Shillda sambil menahan malu. Rey hanya terkekeh ketika melihat tingkah Shillda yang semakin menggemaskan baginya.