"Nyaman itu perihal seseorang yang selalu bisa membuatmu tersenyum ketika kamu tengah kecewa"
⭐⭐⭐
Bosan.
Tidak ada kata lain yang bisa mendeskripsikan perasaan Shillda saat ini. Jika saja ada pemberitahuan bahwa hari ini tidak ada pembelajaran, maka sudah di pastikan kalau Shillda akan memilih untuk tidak datang ke sekolah.
Hari sudah menjelang siang, dan sejak pagi tadi yang dilakukan oleh Shillda hanyalah makan di kantin, mengobrol dengan Kezia, memainkan ponsel, dan sesekali melihat persiapan pensi untuk hari besok. Benar-benar hari yang membosankan.
"Tau gini gue gak akan sekolah," gerutu Shillda.
"Kita ke lapangan aja yuk! Siapa tau Kak Rey ada di sana, gue tau kok kalo lo lagi kangen sama dia," ajak Kezia sambil menarik tangan Shillda untuk keluar dari dalam kelas.
Memang pada hari ini, Rey sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya. Bahkan tadi pagi pun, Rey tidak menjemput Shillda sehingga dia harus rela menjadi obat nyamuk karena berada dalam satu mobil yang sama dengan Devin dan Kezia.
Shillda pikir, dia akan bertemu dengan Rey di sekolah. Namun, hingga saat ini belum ada tanda-tanda kehadiran seorang Reynand. Shillda mencoba untuk berpikir positif, mungkin Rey sangat sibuk dan tidak ingin diganggu. Tetapi, dimana dia berada sekarang?
"Kayaknya acara besok bakal seru, deh!" ujar Kezia setelah sampai di lapangan utama yang akan dijadikan tempat untuk pensi ulang tahun sekolah besok.
"Eh, gue mau nyamperin dulu Kak Devin sebentar, lo mau ikut gak?" tanya Kezia yang diiringi gelengan kepala dari Shillda. "Ya udah, gue ke sana sebentar yah!" lanjut Kezia sambil melambaikan tangan lalu pergi meninggalkan Shillda.
Bola mata Shillda menelusuri setiap sudut lapangan. Semua orang terlihat sibuk dengan tugasnya masing-masing mulai dari pemasangan panggung, dekorasi tempat, persiapan alat musik, dan sebagainya. Tapi, dimana Rey? Bukankah dia harus mengawasi kinerja anggotanya sekarang?
"Shillda," panggil seseorang. Shillda langsung membalikkan badannya untuk melihat siapa orang yang telah memanggilnya.
Sial! Kenapa harus Lintang lagi?