"Cobalah untuk melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang supaya kamu tidak terjebak dalam kesalahpahaman"
⭐⭐⭐
Setelah memastikan Rey benar-benar terlelap, Shillda langsung keluar dan menutup pintu kamar dengan perlahan. Ketika berbalik, ia mendapati Kania sedang menatapnya sambil tersenyum.
"Bagaimana kondisi Rey?" tanya Kania. "Pasti semakin membaik setelah ketemu kamu," lanjutnya.
Shillda tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala. Kehadirannya tidak membuat kondisi Rey semakin membaik, justru sebaliknya.
"Maaf, Tante. Kayaknya kehadiran Shillda malah bikin kondisi Kak Rey semakin buruk." Kania tersenyum sambil mengusap pelan bahu Shillda.
"Bunda udah panggilkan dokter buat Rey. Sekarang Rey nya lagi tidur 'kan?" Shillda menganggukkan kepalanya. "Bunda mau ngobrol sama kamu, boleh?"
⭐⭐⭐
Saat ini, Shillda tengah berada di dalam sebuah ruangan yang berisi beberapa rak dengan berbagai macam buku. Bukan hanya itu, pada dindingnya juga terpajang beberapa foto Rey dan Aya.
Shillda memperhatikan setiap bingkai foto Rey yang terpajang di sana. Sangat lucu rasanya melihat foto Rey kecil yang sedang memakan lolipop kini sudah beranjak menjadi lelaki yang sangat tampan.
"Lucu banget sih," gumam Shillda.
"Bunda masih punya banyak foto Rey waktu masih kecil, loh!" bisik Kania yang tiba-tiba sudah berada di belakang Shillda.
"Eh, Tante." Shillda tersenyum canggung.
"Mari duduk." Kania mempersilahkan Shillda untuk duduk di sebuah kursi dengan meja kecil yang cukup untuk dua orang.
Kania menyimpan potongan cheese cake di atas meja lalu menuangkan teh hangat ke dalam cangkir. Suasana kali ini sungguh terasa nyaman dan mendukung untuk mengobrol santai.