"Seseorang gak akan marah sama kamu ketika kamu tidak melakukan kesalahan" -Mama Rey-
⭐⭐⭐
06.45
Rey duduk di atas motornya yang sudah terparkir di parkiran sekolah sejak 15 menit yang lalu. Tujuannya masih berada di tempat ini adalah untuk menunggu Shillda. Tadi pagi, Shillda menghubunginya bahwa ia akan berangkat sekolah bersama Devin dan tentu saja Rey tidak melarang.
Setelah menunggu lama, akhirnya mobil Devin terlihat juga memasuki lingkungan sekolah membuat Rey buru-buru untuk merapikan penampilannya sebelum bertemu dengan Shillda. Setelah selesai, Rey langsung menghampiri Devin dan Shillda yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"Pagi, Shill!" sapa Rey. Shillda tidak menjawab sapaan tersebut membuat Rey merasa aneh dengan sikap Shillda hingga akhirnya Rey menyadari sesuatu.
"Loh, Shill. Kok mata lo sembab? Habis nangis?" tanya Rey.
Tanpa terduga, Devin tiba-tiba melayangkan bogemannya pada wajah Rey sehingga membuat Rey tersungkur ke bawah karena belum siap menerima serangan.
"Dev, lo kenapa?!" tanya Rey. Devin tidak menjawab, justru ia kembali memukul tepat mengenai tulang pipi Rey.
Shillda yang juga kaget melihat kejadian tersebut langsung mencengkram pergelangan tangan kiri Devin. Namun, tetap saja Devin tidak berhenti memukuli wajah Rey dengan tangan kanannya. Hingga pada akhirnya, Shillda memilih jalan terakhir yaitu maju dan memeluk Rey untuk mencegah Devin supaya tidak bisa menyentuh Rey.
"CUKUP KAK DEV!" bentak Shillda.
Devin mengacak rambut ketika Shillda membentaknya. Dia melihat kondisi Rey yang terduduk lemah di lantai parkiran dengan lebam pada area wajahnya. Devin sadar, dia sudah keterlaluan. Emosi kemarin membuatnya secara tak sadar telah melukai sahabatnya sendiri.
"Sorry!" Setelah mengucapkan kata maaf, Devin langsung berlari dengan cepat melewati beberapa orang yang memang melihat kejadian tersebut.
"Devin kenapa, Shill?" tanya Rey. Shillda menggelengkan kepala lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Rey berdiri.
Shillda membawa Rey menuju UKS untuk mengobati luka di wajah Rey. Biar saja Shillda melewatkan jam pelajaran pertama, yang penting dia bisa memastikan bahwa Rey dan Devin baik-baik saja.
"Argh." Rey sedikit meringis ketika Shillda mulai mengompres bagian yang memar dengan menggunakan kompres air dingin. "Pelan-pelan!" gerutu Rey.
"Ini juga udah pelan, Kak!" Shillda kembali melanjutkan aktivitasnya mengobati luka Rey. "Lagian lo kenapa malah diem aja sih, Kak? Kenapa lo gak ngelawan?" geram Shillda.
"Gue takut gak dapet restu kalo bikin kakak lo itu babak belur," canda Rey.
"Gue serius!"
"Kata nyokap gue, 'seseorang gak akan marah sama kamu ketika kamu tidak melakukan kesalahan'. Devin itu sahabat gue, jadi gue yakin dia gak akan marah kayak gini kalau gue gak berbuat kesalahan," jelas Rey.