"Jadi, gak masalah 'kan jika lo kehilangan seorang sahabat yang gak ada artinya di mata lo ini?" -Kezia Alva Lunaya-
⭐⭐⭐
Bel istirahat baru saja berbunyi membuat Devin dan Shillda memutuskan untuk turun dari rooftop dan melangkahkan kaki menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah keroncongan sedari tadi.
Untuk saat ini, suasana hati Devin jauh lebih baik daripada hari sebelumnya. Walaupun hati Devin masih terasa sakit ketika melihat Kezia, tetapi ia akan berusaha terbiasa meski membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Kita mau makan apa, Kak? Oh iya, karena lo yang ngajak gue ke kantin, jadi lo juga yang harus bayarin gue!" ujar Shillda.
Bola mata Devin menelurusi setiap sudut di kantin untuk mencari seseorang yang tidak lain adalah Rey. Bagaimanapun juga, Devin telah melakukan kesalahan pada Rey dan ia harus meminta maaf.
"Kak Dev! Lagi nyari apa sih?! Gue serasa ngomong sendiri tau gak?!" geram Shillda seraya mengembungkan pipinya.
"Gue lagi nyari Rey," kata Devin tanpa menatap Shillda yang menjadi lawan bicaranya sekarang.
"Kenapa nyari gue?" Devin dan Shillda langsung membalikkan badannya ketika mendengar suara Rey dari arah belakang mereka.
"Gue mau minta maaf," ucap Devin dengan tulus. Rey tersenyum lalu menepuk pelan lengan Devin.
"Santai aja kali, anggap aja kejadian tadi pagi gak pernah terjadi." Devin tersenyum tipis setelah mendengar pernyataan dari Rey. "Tapi, karena lo udah bikin wajah gue yang ganteng ini jadi babak belur, lo harus tanggung jawab dengan cara traktir gue selama seminggu," lanjut Rey.
"Gila! Kalo kayak gini, pemalakan namanya!" gerutu Devin.
"Kakak-kakakku sayang, udah 'kan ngobrolnya? Gue laper nih!" sela Shillda yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan obrolan antara Devin dengan Rey.
"Eh, ternyata lo ada di sini juga, Shill? Kok gue baru liat yah? Oh iya, lo itu kan pendek, jadi wajar aja gak keliatan," sindir Rey.
Shillda mengepalkan kedua tangannya dengan pipi yang sudah memerah karena menahan kekesalannya pada Rey.
"Lo udah bangunin singa yang lagi tidur, Rey!" bisik Devin.
"Ehm, kayaknya gue harus ke kelas deh. Gue lupa belum ngerjain tugas fisika kemarin." Rey mengambil ancang-ancang untuk berlari.
"Jangan kabur lo, Kak!" teriak Shillda sembari mengejar Rey yang sudah lebih dulu berlari. "Liat aja kalo gue berhasil nangkap lo, gue bakal patahin tangan lo!" teriaknya masih berusaha mengejar Rey.