"Dilukai maupun melukai, keduanya sama-sama meninggalkan rasa sakit"
⭐⭐⭐
Kaki Kezia terasa sangat lemah membuatnya tidak dapat menopang tubuhnya sendiri sehingga akhirnya ia jatuh dan terduduk di atas rerumputan. Matanya memerah dilapisi dengan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.
"Gue salah ya, Rel?" tanya Kezia dengan suara yang tersedu-sedu.
Farel mengeluarkan sapu tangan berwarna biru dari dalam tas yang ia bawa. Setelah itu, Farel ikut terduduk di sebelah Kezia dan menyodorkan sapu tangan tersebut kepada Kezia.
"Makasih," ujar Kezia setelah menerima pemberian dari Farel.
Melihat Kezia yang menangis begitu terisak membuat hati Farel ikut teriris. Seandainya saja Kezia tidak mempunyai pacar, sudah pasti ia akan menarik Kezia ke dalam rengkuhannya.
"Lo belum jawab pertanyaan gue, Farel," kata Kezia. "Gue salah yah?" Kezia mengulang pertanyaan yang sama.
"Menurut gue, niat lo baik mau ngelindungin Shillda. Tapi, justru lo membuat Shillda, Kak Devin dan Kak Rey terluka dalam waktu yang bersamaan. Di situlah letak kesalahan lo," jelas Farel.
Kezia menekuk kedua lututnya lalu memeluknya erat. Tatapannya lurus ke depan dengan air mata yang masih berjatuhan dari kelopak matanya. Tidak peduli seperti apa penampilannya sekarang, yang pasti ia hanya ingin mengeluarkan rasa sakitnya.
"Lo tau, Rel? Bukan hanya mereka yang terluka. Tapi, gue juga!" lirih Kezia.
"Iya, makanya-"
"Gak masalah jika semua orang menganggap gue jahat, gak masalah jika semua orang membenci gue, gak masalah jika semua orang perlahan menjauh dari gue termasuk Kak Devin. Gue gak peduli dengan semua itu selama Shillda baik-baik aja," tukas Kezia.
"Lo malah menyakiti diri lo sendiri, Kezia!" geram Farel.
Kezia tersenyum miris. Benar kata Farel, ia melindungi orang lain dengan cara menyakiti dirinya sendiri. Bahkan, berat badan Kezia sudah berkurang 5 kg dalam jangka waktu tiga hari karena terlalu stress dengan keadaan.
"Gue udah capek, Rel! Tapi, gue juga bingung. Gue gak tau harus berbuat apa sekarang," lirih Kezia.
"Kezia, hal pertama yang harus lo lakukan adalah menemui Kak Theresa untuk menolak semua kemauan dia, ter-"
"Gue takut, Rel! Gimana kalo Kak Theresa benar-benar mencelakakan Shillda? Gue gak mau hal itu terjadi!" sela Kezia.
Farel terkekeh pelan lalu mengacak rambut Kezia dengan gemas. Farel paham sekarang, Kezia adalah orang yang tidak bisa berpikir panjang jika sedang ketakutan.
"Kezia, lo pernah berpikir gak sih kalo Shillda itu gak pernah sendirian? Menurut gue, Kak Theresa gak akan melancarkan aksinya kalo masih ada orang yang berada di sisi Shillda," jelas Farel.