"Jangan hilang tanpa kabar, karena aku akan sangat khawatir"
⭐⭐⭐
Ujian sekolah yang berlangsung selama seminggu telah berlalu. Rey melaksanakan ujiannya dengan lancar tanpa hambatan sedikit pun. Walaupun akhir-akhir ini ia sedikit banyak pikiran, tetapi hal tersebut tidak dapat menghambatnya dalam mengerjakan soal-soal ujian yang begitu rumit.
Saat ini, Rey sedang bersantai di El Cafe seraya menikmati secangkir cappuccino. Jika biasanya Rey menggunakan ruangan di lantai 3 untuk menenangkan diri, kali ini ia memilih untuk duduk di lantai 1 sama seperti pelanggan yang lainnya.
Rey mengacak rambutnya frustasi. Sudah lama ia memikirkan bagaimana caranya mendapatkan alamat rumah Luna, tetapi percuma! Semua ini hanya menambah beban pikirannya saja. Apapun usaha yang ia lakukan tidak membuahkan hasil apapun.
Pantas saja Reno tidak mempermasalahkan ketika Rey ingin mencari ibunya tanpa bantuan Reno. Ternyata, Reno sudah mengetahui jika Rey tidak akan pernah bisa mendapatkan alamat Luna dengan usahanya sendiri. Luna benar-benar menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun.
Rey menopang kepalanya yang terasa sangat berat dengan tangan kanannya. Bola matanya memperhatikan setiap sudut ruangan hingga ia melihat seorang wanita yang sedang berdiri di depan kasir. Sepertinya, Rey mengenali wanita tersebut.
"Mama?" gumam Rey.
Wanita itu mengenakan jaket yang tebal serta topi hitam sehingga wajahnya tidak terlalu terlihat. Namun, Rey sangat yakin bahwa wanita itu adalah Luna, ibu kandungnya. Tanpa berpikir panjang, Rey langsung melangkahkan kakinya untuk mengejar wanita tersebut.
"Mama!" panggil Rey. Tak ada sahutan sama sekali dari wanita itu. Apakah ia telah salah orang? Tidak mungkin!
"Mama Luna!" panggil Rey sekali lagi.
Luna menghentikan langkahnya ketika ada seseorang yang memanggil namanya. Namun, sebuah pertanyaan tiba-tiba terbesit dalam benaknya. 'Kenapa orang itu memanggilnya dengan sebutan Mama?'
Rey menggenggam tangan Luna dari belakang membuat Luna refleks membalikkan badannya. Tubuh Luna seketika menegang ketika bola matanya bertatapan dengan iris mata coklat yang dimiliki oleh Rey.
"Rey?" gumam Luna. Tanpa berbicara apapun lagi, Rey langsung memeluk Luna dengan erat.
"Rey kangen Mama," lirih Rey. Dengan perasaan ragu, Luna mengangkat tangannya untuk mengelus puncak kepala Rey.
"Kamu sungguh Rey? Reynand Favian Elvano?" tanya Luna masih tidak percaya jika ia bisa bertemu kembali dengan putra satu-satunya ini. Rey menganggukkan kepalanya dalam pelukan Luna.
"Mama gak nyangka bisa ketemu kamu di sini," kata Luna.
Luna melepaskan pelukannya untuk melihat kembali wajah Rey sekarang. Tubuh Rey yang cukup tinggi membuat Luna harus mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah Rey dengan jelas.
"Kamu sangat tampan," puji Luna seraya menyentuh wajah Rey dengan kedua tangannya. Rey hanya menanggapi pujian dari Luna dengan tersenyum manis.
"Kenapa kamu belum pulang ke rumah?" tanya Luna membuat raut wajah Rey berubah menjadi sendu.
"Rey mau pulang ke rumah Mama."
⭐⭐⭐
Keesokan harinya.