"Gue sempat mencintai dia sebelum akhinya membenci" -Ashillda Khansa Arkana-
⭐⭐⭐
"Shillda!"
Shillda langsung mendongakkan kepalanya ketika mendengar seseorang memanggil namanya. Tunggu, apakah ia tidak salah lihat sekarang?
"Tante Sarah?" Shillda berdiri dari duduknya lalu menyalami punggung tangan kanan Sarah.
"Tante boleh duduk di sini, kan?" tanya Sarah.
"Boleh banget. Silahkan duduk, Tante." Shillda dan Sarah duduk berhadapan di meja yang sama.
Hampir setahun lamanya Shillda tidak bertemu dengan Sarah, ibu dari Lintang. Walaupun Shillda sangat membenci Lintang sekarang, tetapi ia masih menghormati Sarah. Karena menurut Shillda, masalah antara dirinya dengan Lintang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan Sarah.
"Sendiri aja, Shill?" tanya Sarah membuka pembicaraan.
"Shillda ke sini sama Kak Devin, Tante. Tapi, Kak Devinnya gak mau ikut masuk," jawab Shillda. "Kalo Tante ke sini sama siapa?" tanya Shillda.
"Tante sih sendirian aja, soalnya Lintang susah di ajak pergi keluar," jawab Sarah.
Mendengar nama Lintang disebut, raut wajah Shillda berubah seketika. Ia masih kecewa dengan kejadian satu tahun yang lalu. Lintang adalah cinta pertama Shillda, sekaligus lelaki pertama yang menyakiti hati Shillda.
"Benar yah kata Lintang. Kamu semakin cantik aja, Shill!" puji Sarah. "Tante yakin pasti banyak cowok yang suka sama kamu," lanjutnya.
Shillda hanya tersenyum kaku menanggapi setiap ucapan Sarah. Jujur, Shillda ingin segera pergi dari tempat ini agar ia tidak mendengar lagi nama 'Lintang' dari mulut Sarah.
'Kenapa kopi yang gue pesan belum selesai juga, sih?' batin Shillda.
"Tante dengar, kamu sudah punya pacar, yah?" tanya Sarah. Shillda hanya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Sayang sekali, padahal Lintang sangat mencintaimu," lanjutnya.
Cinta?
Cinta katanya?
Apakah mencintai seseorang harus dibuktikan dengan cara menyakiti orang tersebut?