"Lo selalu ada untuk gue. Lebih tepatnya, lo ada di hati gue" -Lintang Mahardika-
⭐⭐⭐
15.30
Taman komplek, di sinilah Shillda berada sekarang. Entah kenapa, hati nuraninya menuntun Shillda untuk pergi ke sini. Padahal, sama sekali tidak ada hal yang istimewa di taman ini. Bahkan, pemandangan yang sedari tadi ia lihat hanyalah beberapa pasangan yang sedang menghabiskan waktu berdua.
Saat ini, yang dilakukan oleh Shillda hanyalah duduk manis di atas bangku panjang yang berada di sana. Sejak tadi, Shillda hanya berjalan sendirian mengelilingi taman untuk mencari makanan. Namun, ia tidak menemukan makanan yang sesuai dengan mood-nya sekarang. Jadi ia memutuskan untuk duduk saja karena sudah lelah berjalan.
"Permisi."
Shillda mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara seseorang yang sangat dekat dengan dirinya. Dan ternyata, orang itu adalah Lintang yang sudah tersenyum manis kepadanya. Shillda memang sudah tidak masalah dengan kehadiran Lintang setelah mendengarkan penjelasan dari Sarah, tetapi ia masih merasa gugup ketika berpapasan dengan Lintang.
"Gue boleh duduk di sini gak?" tanya Lintang.
Shillda menganggukkan kepalanya pelan. Melihat hal itu, Lintang kembali tersenyum ramah lalu berterima kasih kepada Shillda dan langsung duduk di bangku yang sama dengan Shillda.
Tidak ada obrolan sama sekali di antara Shillda dengan Lintang. Shillda sibuk bermain ponsel untuk mengurangi rasa gugupnya. Sedangkan Lintang, ia tengah memandangi wajah Shillda yang terus menatap layar ponselnya.
"Gue denger, lo ketemu sama Bunda dua hari yang lalu," ujar Lintang.
Shillda memasukkan ponselnya ke dalam sling bag yang ia bawa, lalu bola matanya beralih untuk menatap Lintang. Entah kenapa, jantung Shillda terasa berdetak lebih cepat daripada biasanya. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang di hadapan Lintang.
"Iya. Tante Sarah juga udah nyeritain semuanya tentang lo," jawab Shillda.
"Maafin gue, yah?" mohon Lintang.
Shillda terdiam. Ia sangat bingung dengan perasaannya saat ini. Dulu, ia tidak bisa memaafkan Lintang karena masih dilanda rasa kecewa terhadap perbuatannya. Sekarang pun, sama saja. Shillda kecewa karena Lintang tidak memberitahukan penyakitnya kepada Shillda sejak awal.
"Gue masih butuh penjelasan dari lo, Lintang," lirih Shillda.
Lintang bangkit dari duduknya lalu berdiri di hadapan Shillda. Tangannya meraih kedua tangan Shillda yang mungil dan lembut. Setelah itu, Lintang berjongkok di hadapan Shillda seraya menggenggam erat kedua tangannya.
"Gue mencintai lo, Shill."