"Gue pamit pergi, yah?" -Reynand Favian Elvano-
⭐⭐⭐
Di rumah Devin.
"Sekarang siapa lagi, sih? Ganggu gue tidur aja!" gerutu Devin sambil berjalan menuju pintu depan karena sedari tadi bel rumahnya terus berbunyi.
Devin membukakan pintu dan nampaklah Kezia serta Farel yang sudah menunggu di teras rumahnya. Sontak, Devin langsung merapikan bajunya dan menyisir rambutnya dengan menggunakan tangan.
"Ada perlu apa kalian datang ke sini?" tanya Devin.
Kezia melangkah maju mendekati Devin lalu ia memeluk tubuh Devin diiringi dengan tangisnya yang sudah pecah. Tentu saja, Devin sangat kaget dengan perlakuan Kezia. Namun, tidak dapat dipungkiri juga jika saat ini detak jantungnya sudah tidak karuan.
"Lo kenapa, Zia?" tanya Devin.
"Gue minta maaf," lirih Kezia.
Tatapan Devin beralih pada Farel untuk meminta penjelasan tentang apa yang terjadi saat ini.
"Jadi begini, Kak. Maksud kedatangan kami ke sini itu karena ada sesuatu yang mau kami ceritakan kepada Kak Devin sama Shillda," jelas Farel.
"Oh, boleh. Tapi, Shillda nya lagi gak ada di rumah," ujar Devin. Kezia membelalakkan matanya dan langsung melepaskan pelukannya ketika mendengar ucapan Devin.
"Shillda kemana, Kak? Dia pergi sama siapa?" tanya Kezia. Terlihat dari raut wajahnya bahwa Kezia sangat panik sekarang.
"Ke taman komplek, dia pergi sendiri," jawab Devin.
"BEGO!" pekik Farel.
"Kok lo malah ngatain gue bego sih?!" tanya Devin tersinggung dengan pekikan Farel.
"Kita harus susul Shillda sekarang, Kak!" desak Kezia.
Devin menaikkan sebelah alisnya. Ia bingung melihat kepanikan dari wajah Kezia yang sedikit berlebihan. Lagian, Shillda hanya pergi ke taman komplek saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.