"I love you, My Dear" -Ashillda Khansa Arkana-
⭐⭐⭐
Shillda tidak bisa melihat apapun yang terjadi padanya saat ini karena ia menutup matanya. Tetapi, ia merasakan tubuhnya seakan terdorong hingga keseimbangannya goyah dan tubuhnya terjatuh. Shillda hanya bisa pasrah jika tubuhnya akan membentur aspal jalanan. Namun, sudah beberapa detik Shillda menutup mata, tetapi ia tidak merasakan sakit sama sekali.
"Lo gak papa, Shill?"
Perlahan, Shillda membuka kedua kelopak matanya. Objek yang pertama kali Shillda lihat adalah Lintang yang sedang menahan tubuhnya sehingga tidak terjatuh mengenai aspal. Shillda menggelengkan kepala karena memang tubuhnya tidak merasakan sakit sama sekali. Lintang mengangguk lalu membantu Shillda untuk berdiri.
Tunggu!
Kenapa anggota tubuhnya masih mulus tanpa luka sedikit pun? Seandainya Shillda hanya terserempet saja, mungkin setidaknya ia akan mengalami luka kecil seperti terkilir. Tapi, kenapa dirinya seakan-akan tidak pernah mengalami kecelakaan sedikit pun?
"Rey," lirih Lintang sambil terus menatap lurus ke depan. Shillda mengernyitkan dahinya lalu mengikuti arah pandang Lintang.
TIDAK!
"KAK REY!" jerit Shillda seraya berlari menghampiri Rey yang terbaring lemah di atas trotoar dekat dengan lampu jalan.
Shillda berjongkok di dekat Rey, lalu ia memindahkan kepala Rey untuk bersandar di atas pahanya. Darah segar sudah mengalir dari pelipis dan tangan kanan Rey yang terkena benturan jalan. Shillda langsung menepuk-nepuk pipi Rey dengan tangan kanannya dan mengecek denyut nadi Rey dengan tangan kirinya.
"Kak Rey! Bangun, Kak!" lirih Shillda. Suara Shillda hampir habis karena sedari tadi ia sudah berteriak berkali-kali. Dan sekarang, air matanya mengalir deras berjatuhan mengenai wajah Rey yang berada di dalam pangkuannya.
"KAK REY! BANGUN!"
Lintang berlari menghampiri Shillda yang tengah menangis histeris sambil terus berusaha untuk membangunkan Rey. Lintang berjongkok di sebelah Shillda kemudian ia mengusap pelan bahu Shillda berusaha untuk menenangkannya.
"Tenang, Shill. Gue udah menghubungi ambulance terdekat dan Devin juga lagi di jalan menuju ke sini. Pasti sebentar lagi mereka sampai," tutur Lintang.
"Kak Rey, maaf," lirih Shillda dengan suara yang sangat pelan.