"Tolong bedakan antara cinta dengan obsesi"
⭐⭐⭐
"Lintang!"
Lintang yang sedang berjalan menuju kantin langsung menolehkan kepalanya ketika mendengar suara seseorang yang memanggilnya. Ternyata Pak Danu.
"Kebetulan kamu lewat, saya mau minta tolong sama kamu, boleh?" tanya Pak Danu.
"Boleh. Mau minta tolong apa, Pak?" tanya Lintang.
Pak Danu menunjuk sebuah kardus yang cukup besar di atas lantai menempel dengan tembok.
"Tolong bawakan kardus itu kemudian simpan di dalam gudang," kata Pak Danu.
Lintang menganggukkan kepalanya lalu ia mulai mengangkat kardus tersebut dengan kedua tangannya. Sialan! Entah apa yang ada di dalamnya, yang pasti kardus ini begitu sangat berat. Tetapi, Lintang masih sanggup untuk membawanya walaupun agak kesulitan.
"Terima kasih ya, Lintang!"
Lintang hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis. Ia segera melangkahkan kakinya menuju gudang yang berada di belakang sekolah. Shit! Entah kenapa jarak antara tempat awal dia berjalan menuju gudang terasa sangat jauh ditambah dengan tangannya yang sudah pegal karena mengangkat beban yang cukup berat.
Setelah bersusah payah, akhirnya Lintang sampai juga di depan gudang yang tertutup rapat namun tidak terkunci. Lintang menurunkan kardus yang ia bawa di dekat pintu untuk meregangkan otot-otot tangannya. Belum lama setelah itu, ia mendengar suara tangis seorang perempuan yang berhasil membuat bulu kuduknya merinding.
Hiks. Hiks.
Lintang mendekatkan telinganya pada daun pintu gudang dan suara itu terdengar semakin jelas. Jika boleh jujur, ia sangat ketakutan sekarang. Tetapi, ia juga penasaran siapa perempuan yang tengah menangis di dalam gudang. Jadi, dengan modal nekad, ia membuka pintu gudang dengan sangat pelan.
Setelah pintu terbuka, Lintang tidak melihat apapun di dalam. Namun, karena ia masih penasaran, jadilah dia masuk ke dalam gudang untuk mencari sumber suara tersebut. Dan ternyata, di sudut gudang terdapat seorang perempuan dengan seragam yang sama sedang memeluk lututnya sambil menangis tersedu-sedu. Lintang menghampiri perempuan tersebut. Setelah melawan rasa takutnya, Lintang menepuk pelan lengan perempuan itu hingga membuatnya mendongakkan kepala.
Dia, Theresa!
"Ngapain lo nangis di sini?" tanya Lintang.
"Bukan urusan lo!" tukas Theresa.