"Lo harus meyakinkan diri lo bahwa dia pasti akan kembali lagi buat lo!" -Kezia Alva Lunaya-
⭐⭐⭐
"Sumpah lo keren banget, Shill!"
Berbagai macam pujian dari beberapa temannya membuat Shillda kikuk sendiri. Mereka hanya menyaksikan pidato Shillda yang nampak sangat keren tanpa mengetahui jika tubuhnya sudah dibanjiri oleh keringat dingin ketika di belakang panggung.
Ya, Shillda sudah melaksanakan tugasnya sebagai salah satu dari ketiga calon Ketua OSIS SMA Alvetra. Sepulang sekolah kemarin, Alana menyuruhnya untuk ikut berkumpul di ruang OSIS. Di sana juga ada Kenzi dan Adnan yang sudah duduk manis. Sungguh di luar dugaan, ternyata mereka dipanggil karena terpilih menjadi calon Ketua OSIS.
Satu hal yang paling menyebalkan bagi Shillda adalah ketika menyadari bahwa dia harus berpidato di hadapan seluruh guru serta siswa dan siswi SMA Alvetra. Dan lagi, dia hanya diberi waktu semalam untuk mempersiapkan pidatonya. Sungguh! Shillda benar-benar ingin mati saja!
Sialnya lagi, Devin menyerahkan semua beban itu kepada Shillda. Dia sama sekali tidak berniat untuk membantu Shillda sedikit pun dalam membuat teks pidato. Justru, Devin malah mengejek dan mengusili Shillda sehingga teks pidato yang ia buat tak kunjung selesai.
"Gue benci mengakui ini, tapi pidato dari adek gue beneran keren!" puji Devin.
"Makasih atas pujiannya dan makasih juga karena lo udah gangguin gue semalem. Karena ulah lo, akhirnya gue berpidato tanpa naskah!" geram Shillda.
"Walaupun tanpa naskah, tapi pidato lo tadi tetep bagus kok! Malahan, sekarang gue udah ikhlas seandainya lo terpilih jadi Ketua OSIS," ucap Devin.
"Idih, kemarin-kemarin kemana aja lo?!" geram Shillda.
Pertengkaran antara Devin dan Shillda belum selesai juga. Mereka terus saling menyalahkan hingga Kezia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakak-beradik ini. Tiba-tiba, Shillda mengingat bagaimana pertengkaran yang selalu ia lakukan jika bersama Rey. Astaga! Kenapa yang terputar dalam memorinya hanya tentang Rey?!
Shillda menghela napas gusar. Ia sudah berjalan sangat jauh tetapi Rey masih belum juga kembali. Jika dibilang capek, sebenarnya tidak. Shillda justru sangat menikmati perjalanannya hingga bisa berpidato di hadapan seluruh siswa dan siswi SMA Alvetra. Namun, di balik semua itu, Shillda masih mengharapkan sosok Rey untuk segera kembali.
"Shill, semangat yah buat besok. Gue pasti bakal pilih lo!" ujar Kezia.
"Makasih."
Kezia mengerutkan keningnya ketika memperhatikan raut wajah Shillda yang terlihat murung. Beberapa saat kemudian, Kezia memahami apa yang tengah dipikirkan oleh Shillda.
"Shill, jangan terlalu sering mikirin Kak Rey. Lo hanya harus meyakinkan diri lo bahwa dia pasti akan kembali lagi buat lo!"