Between Me and Him

Maudia Pwk
Chapter #4

Three

Entah apa yang ingin dibicarakan Ayah dan Bunda Hilla. Namun sepertinya sangat penting. Xian dan Hilla pun sibuk dengan pemikirannya yang menebak-nebak. Kira-kira, apa yang aka dibicarakan orang tuanya?

Xian dan Hilla sampai di Ruang Tamu. Ayah dan Bunda Hilla terlihat sedang berbincang-bincang. Hilla langsung duduk menghadap Ayah dan Bundanya. Sedangkan Xian menyalami Ayah Hilla terlebih dahulu sebelum duduk bersama Hilla.

"Kapan Ayah datang?" Tanya Xian setelah duduk.

"Baru saja tadi Ayah tiba," jawab Tuan Bellva--Ayah Hilla. "Apakah masalah kalian sudah selesai?" Lanjut Tuan Bellva bertanya.

"Ya, Ayah. Masalah kami sudah selesai. Hilla juga sudah tidak marah lagi, iya 'kan sayang?" Xian berusaha menggoda Hilla yang membuat Hilla memalingkan wajahnya karena pipinya mulai memerah. Haha dia imut sekali, batin Xian.

"Hahaha, kalian memang pasangan yang terlihat sangat serasi," ucap Tuan Bellva yang membuat sepasang kekasih ini menjadi malu.

"Terima kasih, Ayah." Xian dan Hilla berterima kasih secara bersamaan 

"Jadi Ayah dan Bunda ingin membicarakan tentang apa?" Tanya Xian to the point.

"Jadi begini, Ayah dan Bunda berpikir, sudah waktunya kalian menjalin hubungan yang lebih serius. Mengingat sudah hampir 5 tahun kalian menjalin hubungan. Kau juga sudah punya pekerjaan tetap. Ayah pikir kau sudah bisa menghidupi Nadhia kami. Kami percaya kau bisa membahagiakan Nadhia," jawab Tuan Bellva menjelaskan sedikit hal yang akan menuju pada topik pembicaraannya.

Xian mendengarkan apa yang Tuan Bellva katakan dengan seksama. Ia mencoba mengerti kemana arah pembicaraannya. Setelah beberapa saat terdiam, Xian menghela nafas. Sekarang ia sudah tahu apa yang ingin dibicarakan Ayah dari kekasihnya ini.

"Apa yang Ayah katakan sepenuhnya memang benar. Xian sepertinya sudah sangat mampu untuk menghidupi Hilla karena pekerjaan tetap yang Xian punya. Tapi Ayah, sebenarnya Xian masih ingin menabung untuk kehidupan di masa depan Xian, terutama untuk Hilla juga." Xian mencoba menjelaskan perlahan apa yang masih saja diragukannya.

Tuan Bellva kini menatap Xian dengan sangat-sangat serius. Bahkan ia mengubah posisi duduknya. "Ayah menunggu, kapan kau akan melamar Hilla? Kalian sudah cukup umur untuk menikah," ucap Tuan Bellva yang akhirnya ke inti dari pembicaraannya.

Xiumin menatap Tuan Bellva dengan tatapan bersungguh-sungguh. "Xian akan mempersiapkan diri, Ayah. Anggap saja Xian sudah siap dengan segalanya. Xian hanya ingin menunggu Hilla menyelesaikan skripsinya. Selain itu, Xian belum menemui orang tua Xian untuk meminta restu atau sekedar mengenalkan Hilla pada mereka. Mengingat mereka yang tinggal di Korea, membuat Xian sulit untuk memperkenalkan Hilla pada mereka. Setelah Hilla selesai skripsi dan kemudian wisuda, Xian akan membawa Hilla ke Korea untuk menemui orang tua Xian." 

Tuan Bellva mengangguk percaya. Mendengar nada bicara Xian yang tegas, Tuan Bellva menjadi percaya dengan apa yang di ucapkan Xian. Ia yakin bahwa pria di hadapannya ini bisa membahagiakan putri semata wayangnya.

"Baiklah, Ayah pegang perkataanmu. Tapi, kau harus berjanji pada Ayah. Kau akan menikahinya, 'kan?" 

"Xian berjanji Ayah, Bunda. Kalian bisa memegang janji Xian," ucap Xian dengan penuh keyakinan dan tekadnya. Tekad untuk menikahi dan membahagiakan Hilla.

"Kami memegang janjimu, Nak. Kami mohon, jaga Nadhia kami dengan baik dan penuh kasih sayang." Bunda Hilla menggenggam tangan Xian dengan tatapan penuh harap dan senyumannya. Xian menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Xian beranjak dari duduknya. "Oh iya, Ayah, Bunda. Ini sudah sore, Xian pamit pulang dulu."

"Tidak ingin makan malam disini, Nak?" Tawar Bunda Hilla.

Xian tersenyum tidak enak. "Maaf, Bunda. Lain kali saja. Xian ada pekerjaan yang belum diselesaikan."

"Tidak apa-apa. Hati-hati di jalan." Tuan Bellva mengusap kepala Xian seperti pada Anaknya sendiri. 

Xian menghampiri Hilla untuk berpamitan juga padanya. "Sayang, aku pulang dulu. Jangan marah lagi, okay?" 

"Iya, hati-hati." Hilla memejamkan matanya saat Xian mengecup pucuk kepalanya. Setelah dirasa cukup, Xian pergi meninggalkan kediaman Bellva.

Rasanya Hilla sangat senang saat tadi Xian berbicara seperti itu pada Ayah dan Bundanya. Terlihat sekali tekad Xian untuk membahagiakannya. Hal itu membuat Hilla sekali lagi merasa sangat beruntung mempunya Xian. Pria tampan, baik hati, lemah lembut, tidak egois, selalu mengalah, perhatian, sederhana, sopan, ah Hilla rasa Xian sudah sangat sempurna di matanya.

Masalahnya dengan Xian pun dapat selesai berkat kegigihannya meminta maaf kepada Hilla. Sudah terlihat bagaimana sikap Xian dari kejadian tadi siang.

Tiba-tiba saja Hilla merasa sepertinya ingin pergi ke cafe itu lagi besok. Sudah lama sekali ia tidak minum Hot Chocolate di cafe itu.

Daripada Hilla bosan pergi sendiri ke cafe, mungkin mengajak Kiya dan teman-temannya yang lain bukan ide yang buruk. Hilla membuka grup chat whatsapp-nya

Hai girlsss 👋

Vika

Hai jugaa 

Kiya🖐

Juga

Besok ke cafe kuy, gue bosen terus diam di rumah. Besok gak ada jam kuliah

Eh, Silla mana?

Silla

Apa Hilla, ciee kangen ya sama Silla. Padahal cuman sehari gak kuliah berasa kayak setahun kan

Kiya

Alay dih^

Vika

Alay dih*2

Terserah lo, lagipula gue cuman mau ngajak ke cafe. Pada mau ikut gak?

Vika

Lihat selengkapnya