Hilla telah sampai di cafe yang ditujunya. Hilla menengok kesana kemari mencari keberadaan Vika, Kiya, dan Silla. Namun, tidak ada satu pun yang sudah datang.
"Kemana ya mereka? Ya ampun jangan sampai mereka lupa. Gue duduk dulu aja deh, sambil nunggu mereka," monolog Hilla lalu membuka smarthphone-nya.
Sementara menunggu teman-temannya, Hilla memesan susu murni kesukaannya. Saat mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe, ia tak sengaja menemukan sosok yang ia kenal. Loh bukannya itu Chavan si anak baru itu ya, batin Hilla.
Iya, penglihatannya benar. Chavan sedang tenang membaca buku yang ia pegang, sambil sesekali menyeruput coffee miliknya.
"Mbak, ini pesananya." Suara pelayan datang membuyarkan lamunannya tentang Chavan.
"Eh i...iya, Mbak. Terima kasih." Hilla mengambil segelas susu murninya yang tadi pelayan taruh di meja.
Setelah pelayan itu pergi, Hilla menggeplak keningnya sendiri. "Kenapa aku jadi memikirkan si Chavan itu," ujar Hilla lalu meneyeruput susu murni pesanannya.
"Hilla, udah datang aja lo ternyata." Kedatangan Vika, Kiya dan Silla membuat Hilla menoleh ke arah mereka.
"Kemana aja sih, gue nunggu daritadi," ucap Hilla cukup kesal juga menunggu mereka lumayan lama.
"Iya-iya kita lama, tadi kita bertiga kejebak macet. Terus Silla tuh malah kebelet pipis, jadi berhenti dulu buat ke toilet umum," jelas Kiya dan Hilla mengangguk mengerti.
"Ya sudah, kalian mau pesan apa?" Tanya Hilla.
"Gue Hot Chocolate deh, cuacanya lagi lumayan dingin," jawab Vika lalu Kiya mengangguk setuju dengan ucapan Vika.
"Iya benar, cuacanya mulai sangat dingin. Padahal tadi pagi perasaan cerah ya. Belakangan ini cuaca memang tidak bisa diperkirakan. Jadi, gue samain aja." Kiya mengikuti pesanan Vika.
"Kalau cuacanya lagi dingin. Jus alpukat enak kali ya?" Tanya Silla dengan tampang bodohnya. Hilla, Kiya dan Vika menarik rambut mereka ke belakang karena sudah kesal.
"Eh tai, udah tau cuaca lagi dingin dan lo pengen jus? Minta gue gaplok lo," ucap Vika yang sudah emosi. Hilla dan Kiya setuju dengan Vika. Oleh karena itu mereka tak menghentikan Vika. Mereka hanya berusaha agar tidak emosi seperti Vika. Lagipula separah apapun mereka marah, percuma saja, Silla tidak akan mengerti juga.
"Oh gitu yah. Emang kalo dingin enggak boleh minum jus gitu?" Tanya Silla lagi-lagi dengan tatapan polos dan tampang bodohnya yang minta di siram menggunakan air keras.
"Terserah deh terserah," ucap Hilla, Kiya dan Vika bersamaan. Mereka sudah terlalu lelah menghadapi sikap Silla. Hanya membuat tekanan darah mereka naik saja.
Hilla mengangkat tangan untuk memesan agar pelayan datang. Salah satu pelayan wanita datang menghampiri meja mereka.
"Hot chocolate 3 dan jus alpukat 1," ucap Hilla menyebutkan pesanannya. Pelayan pergi untuk membuatkan pesanan yang Hilla sebutkan.
Selama menunggu pesanan. Tak ada topik pembicaraan diantara mereka. Mereka hanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Seperti Vika yang sedang mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru cafe yang dipenuhi hiasan indah di setiap dindingnya.
Ketika Vika mengedarkan pandangannya, dia tidak sengaja melihat keberadaan Chavan. "Eh bukannya itu si anak baru ya. Siapa tuh namanya, Chan... Chan... Chantelan kali ya?"
"Chavan, Vik. Astaga, lo enak aja main ganti-ganti nama orang." Vika memutar bola matanya malas saat mendengar koreksi Hilla.
"Hemeh. Lagian salah sendiri namanya susah amat," ucap Vinna sambil memasang wajah datarnya.
Ketiga temannya hanya terkikik geli melihat Vika. Seketika, Hilla menghentikan tawanya seperti ingin membicarakan hal yang serius pada teman-temannya.
"Tapi, girls. Gue ngerasa aneh sama si anak baru itu," ucap Hilla sambil melihat ke arah Chavan. Ketiga temannya menoleh menatap Hilla.
"Aneh kenapa?" Tanya Kiya.