Hilla semakin menangis saat melihat layar ponselnya bahwa yang menelepon adalah Xian.
Karena masih ingin menangis, Hilla menggeser tombol merah untuk menolak panggilannya. Tapi tak lama kemudian Xian menelepon kembali. Karena Hilla kesal Xian terus meneleponnya, akhirnya Hilla menggeser tombol hijau.
'Ada apa kau meneleponku?'
'Apa kau marah'
'Tidak'
'Tapi nadamu ketus'
'Lalu?'
'Kau menangis'
'Ti...tidak'
'Iya benar kau menangis, dengarkan aku dulu. Aku-'
'Enggak usah kok, oh iya bukannya kau harus menegerjakan kerjaan sialan itu, 'kan?'
'HILLA!!!!'
'Kenapa hiks...kau tidak suka hiks....aku juga tidak suka kau lebih memperhatikan pekerjaan mu daripada aku hiks...hiks.'
Tut tut tut
"Hiks...kenapa Xian membentakku. Padahal dia tahu aku paling takut jika dibentak. Hiks...dia jahat. Bunda, Hilla pengen ikut Bunda." Hilla terus menangis sampai akhirnya ia terlelap di kasur.
***
Hilla bangun dari tidurnya dengan mata sembab karena semalaman ia menangis. Hilla melihat jam sudah pukul setengah 7 pagi sekarang, ia harus segera berangkat kuliah. Hilla beranjak dari kasurnya, ia memutuskan untuk pergi mandi.
Setelah selesai mandi, Hilla memilih baju seadanya dan hanya memakai bedak saja. Hilla merasa kepalanya terasa sangat pusing, mungkin karena telah menangis semalaman.
Hilla berangkat menggunakan mobil pribadinya karena tidak ada yang mengantar atau menjemputnya. Jadi Hilla terpaksa berangkat sendiri.
Sesampainya di kampus, Hilla langsung bertemu dengan 3 orang kurang sehat dan sialnya mereka adalah sahabatnya. Ya walaupun mereka seperti itu, mereka juga tetap sahabat terbaik yang Hilla punya.
"Eh, Hilla. Mata lo sembab, kenapa?" Tanya Kiya saat Hilla baru saja datang dan duduk.
"Emang keliatan banget ya?" Hilla bertanya balik pada Kiya bagaimana keadaan matanya.
Vika mengangguk meng-iyakan pertanyaan Hilla. "Iyalah, banget itu. Lo kenapa? Siapa yang buat lo nangis, biar gue hajar orangnya." Ya itu adalah Vika. Jika sudah marah tidak akan ada yang bisa menahannya. Bahkan mulutnya tidak akan berhenti mengoceh, mengumpati si pelaku.
"Gue enggak apa-apa," ucap Hilla dengan senyumannya. Ia mencoba tidak memberitahu sahabatnya tentang masalah yang ia alami.