Hilla sedang dalam perjalanan pulang. Sedari tadi mulutnya tidak berhenti menggerutu kesal. Bagaimana tidak, ia sedang memikirkan bagaimana nasibnya besok bersama Chavan. Lalu tiba-tiba saja temannya meminta untuk dirinya membayar hutang pada Ibu kantin. Itu tidak hanya membuat Hilla kesal, tapi juga malu.
Tetapi saat lagu kesukaannya belakangan ini terputar, mood-nya sedikit meningkat. Belakangan ini Hilla sedang menyukai lagu Cheap Thrills yang dinyanyikan oleh SIA. Menurut Hilla sendiri, nama penyanyinya itu malah lebih mirip ke bahasa sunda yang sering disebutkan oleh Mang Asep, tukang bubur langganannya.
"Ya Tuhan, tolonglah hamba dari godaan balok es yang tertampan, eh maksudnya yang terkutuk," ucap Hilla dengan nada mirisnya. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya besok. Maka dari itu, ia tidak berhenti berdoa. Walaupun doanya yang ia bacakan tidak benar karena selalu terbawa oleh lagu.
~But I don't need no money~
Hilla sudah sampai di rumahnya, tetapi ada sesuatu yang membuatnya bingung. "Ini lampu kok mati semua yah. Perasaan tadi pagi aku tidak sempat mematikan semuanya. Wuahh aku curiga jangan-jangan ada jin di rumah ini," ucap Hilla agak merinding ketakutan. Padahal ia tinggal sendiri di rumah dan ia tidak punya maid satu pun.
"Bunda sudah pulang kali yah. Bunda...Bunda... Bunda sudah pulang ya?" Hilla terus memanggil Bundanya berharap ada jawaban. Namun hasilnya nihil, tidak ada yang menjawab.
Hilla masuk ke rumah dengan jalan mengendap-endap. Lama-kelamaan merasa dirinya seperti orang bodoh, Hilla jalan seperti biasa kembali. "Ah bodo amat deh. Paling kalau ada hantu nanti akan aku ajak selfie. Ku ajarkan juga beberapa gaya, seperti v sign dan love sign, hihi."
Hilla pun pergi ke kamarnya. Namun betapa terkejutnya ia saat melihat se-sosok bidadara Tuhan yang sedang membaca buku di kasurnya. Setelah sang bidadara menyadari keberadaan Hilla, ia tersenyum manis pada Hilla. Tapi Hilla tidak menghiraukannya, ia tetap memasang wajah dingin.
"Kamu sudah pulang, sejak kapan?" Tanya Xian. Yah itu Xian yang entah sejak kapan ia berada di rumah Hilla.
"Ngapain kamu kesini? Bukannya kamu sibuk," sahut Hilla dengan nada ketus.
Xian menutup bukunya lalu menghela nafas panjang. "Kamu masih marah soal kemarin?" Tanya Xian sembari menghampiri Hilla.
"Tidak." Hilla mendorong tubuh Xian yang ada di hadapannya. Hilla pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuhnya terasa gerah seperti terbakar sekarang.
Selesai Hilla mandi, ia pergi ke dapur karena cacing perutnya daritadi sudah demo minta diisi. Hilla keluar dari kamar masih memakai handuk di kepalanya karena ia keramas tadi. Hilla celingukan mencari keberadaan Xian, tetapi sosoknya tidak ditemukan di kamarnya.
Hilla turun ke bawah. Sesampainya di dapur, ia melihat Xian yang sepertinya sedang memasakkan makanan untuknya. Suami idaman, pikir Hilla. Jika saja dirinya sedang tidak marah, pasti ia sudah memeluk Xian dari belakang sekarang.
"Kamu sudah selesai mandi? Nah makan dulu, pasti kamu lapar." Xian menyodorkan sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya pada Hilla.
Hilla tidak munafik, karena perutnya sudah sangat lapar jadi ia terima saja piring berisi nasi goreng dari tangan Xian. Xian duduk di depannya untuk makan juga. Tapi entah kenapa Hilla merasa Xian bukan makan, melainkan hanya menatapnya saja.
Hilla yang risih ditatap seperti itu mencoba berdehem. "Ehemm makan ya makan, tidak usah menatapku sampai segitunya," ujar Hilla lalu lanjut menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Namun beberapa detik kemudian, Hilla hampir saja tersedak karena mendengar apa yang Xian ucapkan.
"Kau tambah imut dan menggemaskan jika sedang mengunyah makanan," ucap Xian dengan santainya. Tidak tahu saja bahwa kalimatnya itu membuat jantung Hilla seperti akan meledak. Saking cepatnya ia berdetak.
Pipi Hilla memerah, tentu saja karena ia malu dipuji Xian seperti itu. Tapi Hilla berusaha terlihat biasa saja. "Biasa aja," kata Hilla terkesan acuh.